Ada potensi konflik baik yang bersifat keagaaman maupun sosial di Kota Bogor. Dalam menghadapi persoalan ini harus disiapkan resolusi-resolusi konflik yang bisa dijadikan prosedur penyelesian di tengah masyarakat.
“Potensi konflik dalam aktivitas sosial sangat dimungkinkan apalagi kota bogor ingin menjadi aman, damai dan toleran,” kata Sekretaris Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Bogor H Hasbullah kepada suaranasional, Selasa (25/8/2020).
Kata Hasbullah, ada tiga potensi konflik di kota Bogor maupun daerah lainnya. Pertama, ujaran kebencian karena maraknya media sosial dan ini muncul juga di daerah lain. “Kedua, konflik pendirian tempat ibadah seperti pendirian masjid Imam Bin Hambal sampai ranah pengadilan, masalah Gereja Yasmin sampai tingkat kasasi,” paparnya.
Menurut Hasbullah, potensi konflik ketiga, aliran di internal agama atau kepercayaan. “Ini potensi konflik yang harus deteksi sejak dini,” jelasnya.
Dalam menghadapi persoalan potensi konflik itu, kata Hasbullah, Kesbangpol Kota Bogor, FKUPB Kota Bogor, Imparsial dan Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PUSAD) Paramadina mengadakan Sekolah Kader Kerukunan Kota Bogor “Pelatihan Binadamai dan Resolusi Konflik”
“Yang hadir di sini (Pelatihan Bindamai dan Resolusi Konflik-red) adalah perwakilan dari tokoh agama di kota Bogor. Mereka sudah mendapatkan materi seminar secara online empat kali terkait kerukunan, kebebasan beragama, tolernasi dan sebagainya,” paparnya.
Hasbullah mengatakan, peserta Sekolah Kader Kerukunan Kota Bogor dilatih untuk menjadi mediator terutama untuk mengatasi konflik sosial dan keagamaan. “Dimulai cara skil mediator seperti apa, menyelesaikaan masalah, solusi masing-masing yang berkonflik,” pungkasnya. (Achsin)