Taushiah: KH. Luthfi Bashori Maka Harun Ar-Rasyid sebagai seorang Khalifah di zaman itu mengatakan: “Wahai Yahya, tahukah kamu mana yang lebih baik antara ulama atau umara? Maka Yahya mengatakan: “Tentu umara yang lebih baik, karena umara mempunyai kedudukan yang tinggi dan ada jabatan-jabatan.”
Khalifah Harun Ar-Rasyid mengatakan: “Ooh… bukan begitu, sesungguhnya ulama itu jauh lebih mulia daripada umara.”
Kemudian Yahya bertanya: “Kenapa demikian wahai Tuan?
Maka Khalifah Harun Ar-Rasyid mengatakan: “Ya, karena para ulama itu kalau duduk di majlis taklimnya, dia menyebutkan hadits-hadits Nabi Muhammad SAW, di samping ayat-ayat Al Quran, kalau ada orang yang menyampaikan hadits-hadits Nabi dengan riwayat-riwayatnya, dan pembahasan-pembahasan ilmiah itu, tentu jauh lebih mulia kedudukannya dari pada kedudukan seorang pejabat atau umara.”
Oleh karena itu maka hendaklah seseorang itu lebih mengedepankan mencari ilmu agama, sehingga bisa menjadi seorang ulama daripada mencari kedudukan sebagai seorang pejabat atau umara.
Ini nasehat dari Khalifah Harun Ar-Rasyid. Sungguh sangat luar biasa, mudah- mudahan umat Islam bisa menirunya.
Bayangkan, seorang yang sudah menjabat menjadi khalifah pun ingin menjadi ulama. Jangan terbalik, seorang yang sudah menjadi ulama, tiba-tiba tertarik dam tergoda untuk menjadi seorang pejabat atau umara.
Nah, ini istilahnya turun pangkat namanya.
Karena itu bercita-cita untuk menjadi seorang ulama itu, tentunya harus lebih ditekankan dan digiatkan, daripada bercita-cita menjadi seorang pejabat atau umara.
Transkrip: Rizal Affandi
Dulu ada seorang yang bernama Yahya Bin Aksam, berbincang-bincang dengan Khalifah Harun Ar-Rasyid, yang mana dalam diskusi itu membahas tentang kedudukan umara dan ulama.