Relawan Keluarga Besar Trisakti Dukung Jokowi-Ma’ruf

Relawan Keluarga Besar Trisakti (KBT) memastikan dukungan terhadap pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin di Pilpres 2019. Angkatan 92 Alumnus Trisakti, Tohap Silaban mengatakan dukungan yang diberikan berupa kegiatan kongrit terhadap pemenangan pasangan nomor urut 01 tersebut.

“Selama ini kami sudah punya ikatan alumni Trisakti, tapi kami ingin kerja lebih kongkrit lagi,” kata Tohap di rumah Aspirasi Jokowi Jl. Proklamasi Jakarta Pusat, Rabu (20/2/2019).

Sebelumnya, alumni Trisakti yang mendukung Jokowi sudah tergabung dalam Relawan Alumni Trisakti. Akan tetapi, kata Tohap, Relawan KBT lahir lewat semangat baru setelah acara kumpul alumni Trisakti Deklarasi Jokowi 9 Februari lalu.

“Lihat hasil kerja Jokowi di Papua. Nah, keluar besar Trisakti mendukung pembangunan seperti itu,” ujar Tohap didampingi Tito Coki angkatan 2005 dan Joshua angkatan 1996.

Tohap sendiri telah memulai kegiatan pemenangan Jokowi di beberapa daerah. Ia telah membuat UKM peternakan ayam dan bebek di Kabupaten Tegal dan Koperasi Syariah. Dalam waktu dekat Tohap juga akan terjun lagi ke masyarakat dengan kegiatan sunatan massal dan pengobatan gratis.

“Minggu depan kami bantu pembuatan akte kelahiran karena selama ini masih banyak masyarakat yang kurang memahami bagaimana mengurus akte kelahiran,” ujar Tohap.

Angkatan 96 Joshua menambahkan dukungan yang ia berikan karena ada beban sejarah yang harus diperjuangkan. Ia ingin agar cerita sejarah Trisakti 98 bukan hanya sekedar sejarah dari Menara Gading, tapi mereka terlibat langsung dalam peralihan Orde Baru ke Reformasi.

“Karena kami merasa bertanggung jawab dan merasa berperan penting. Itu sebabnya kami harus berbuat untuk bangsa,” ujarnya.

Joshua akan memulai kegiatan masuk kampung sebagai bagian kegiatan pemenangan Jokowi-Ma’ruf Amin. Ia ingin menjelaskan kepada kaum Milenial dan masyarakat bahwa Reformasi tidak dicapai dengan mudah sehingga Indonesia harus mengisinya dengan kegiatan positif membangun bangsa.

“Kami akan segara masuk ke kampung-kampung untuk menjelaskan kenapa tahun 1998 ada tragedi berdarah Trisakti yang pada waktu itu didalamnya ada simbol kampus dan elemen-elemen masyarakat,” pungkas Joshua.