Calon Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin mengatakan, FPI telah keluar dari kelompok NU karena organisasi yang didirikan Hadlartus Syaikh Hasyim Asy’ari dianggap kurang keras.
“FPI memisahkan diri dari kelompok NU, karena dianggap kurang keras, NU itu bijak dan santun,” kata Kiai Ma’ruf saat memberikan sambutan dalam rapat koordinasi nasional Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) yang bertajuk “Penguatan Dakwah Ahlussunah Wal Jama’ah An Nahdiyah di Era Milenial” di Hotel Bidakara, Jakarta, Senin (28/1/2019).
Selain itu, Kiai Ma’ruf mengatakan, NU didirikan untuk mengantisipasi faham yang berkembang saat itu di Arab Saudi.
“NU didirikan untuk mengantisipasi faham-faham yang saat itu di Saudi Arabia, sekarang ini justru bukan antisipasi tetapi sudah ada kelompok radikal dan keras seperti HTI dan FPI,” papar Kiai Ma’ruf.
Kiai Ma’ruf menyampaikan ada dua tugas berat NU saat ini, yakni menjaga agama dan Indonesia dari gerakan menyimpang.
“Semoga gerakan dakwah NU semakin tajam karena memang tugas NU berat. Menjaga agama karena NU adalah organisasi keagamaan yang bertanggung jawab mencegah cara berpikir masyarakat yang menyimpang dari gerakan-gerakan ekstrem,” ujar Kiai Ma’ruf.
Bagi NU, lanjutnya, NKRI adalah harga mati karena Indonesia merdeka berdasarkan kesepakatan nasional. “Indonesia ini negara kesepakatan dari Pancasila. Kesepakatan nasional yang masyarakatnya hidup berdampingan secara damai,” imbuh Ma’ruf.
Maka dari itu, tuturnya, NU juga berperan dalam menjaga masyarakat dari paham-paham yang terlarang. Apalagi, intoleransi yang berkembang saat ini sudah disebarkan lewat instrumen politik.
“Intoleransi sekarang bukan hanya melalui dakwah, tapi sudah menggunakan instrumen politik untuk memenangkan gerakan-gerakan radikal di Indonesia. Ini yang harus dihadapi dan NU harus muncul di depan,” pungkasnya.