Lisman Suryanagara Peneliti Pusat Penelitian Biomaterial Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengingatkan masyarakat akan bahaya kertas nasi dan kertas daur ulang bagi kesehatan manusia.
“Jadi kertas nasi untuk membungkus makanan seperti untuk nasi goreng, nasi bungkus, atau martabak yang berwarna cokelat itu memiliki dampak buruk bagi kesehatan, misalnya mengurangi vitalitas bagi laki-laki,” ucap Lisman Suryanaga dalam acara Roadshow Food Safety Packaging di Bandung, seperti kami kutip dari tempo, Kamis (8/12/2016).
Suryanaga mengatakan tempat penyimpanan makanan terus mengalami perubahan dari masa ke masa seiring berjalannya waktu. Menurut dia, pemanfaatan bahan yang digunakan sebagai kemasan makan yang umum digunakan dari masa ke masa antara lain keramik, kaca, plastik, aluminium foil, hingga yang berbahan dasar kertas.
Berbicara mengenai kemasan pangan berbahan dasar kertas yang paling lazim digunakan di Indonesia, kata dia, ternyata masih banyak yang belum layak untuk dijadikan sebagai kemasan pangan primer.
“Contohnya masih banyak ditemukan penggunaan kertas koran, kertas bekas cetakan, atau kertas daur ulang sebagai kemasan nasi kotak, nasi bungkus, gorengan, dan kotak martabak,” tambah ia.
Berdasarkan riset yang dilakukan LIPI, jumlah bakteri yang terkandung dalam kertas pangan yang terbuat dari kertas daur ulang sekitar 1,5 juta koloni per gram, sedangkan rata-rata kertas nasi yang umum digunakan beratnya 70-100 gram, itu artinya ada sebanyak 105 juta-150 juta bakteri yang terdapat di kertas tersebut.
“Kandungan mikroorganisme di kertas daur ulang memiliki nilai tertinggi dibandingkan jenis kertas lainnya, ini melebihi batas yang ditentukan,” ucapnya.
Dampak Negatif pada Tubuh
Dikatakan, zat-zat kimia tersebut berdampak negatif terhadap tubuh manusia dandapat memicu berbagai penyakit seperti kanker, kerusakan hati dan kelenjar getah bening, mengganggu sistem endokrin, gangguan reproduksi, meningkatkan risiko asma, dan mutasi gen.
Menurut dia, kemasan makanan berbahan dasar kertas non daur ulang bisa menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan penggunaan kemasan daur ulang dan styrofoam dan kemasan kertas non daur ulang baik untuk konsumen, makanan dan lingkungan. Seperti di luar negeri, trennya sudah seperti itu jadi untuk mengurangi limbah karena biasanya kemasan ini biodegradable dan sudah memiliki standar keamanan,” ujarnya.
Rangkaian roadshow food safety packaging yang dilaksanakan di tiga lokasi, antara lain Jakarta, Bandung (29/11/2016), dan Semarang (1/12/2016) dihadiri oleh beberapa nara sumber di bidang food safety antara lain Badan POM, LIPI, dan LPPOM MUI.
Program ini bertujuan untuk memberi pembelajaran kepada masyarakat untuk hidup sehat, salah satunya memilih kemasan pangan yang food grade dan higienis.
Sebagai alternatif lainnya, masyarakat dapat menggunakan kemasan pangan berkategori food gradeyang seratus persen terbuat dari serat alami dengan ciri-ciri tampilan berwarna putih bersih, tidak berbintik-bintik, dan tidak tembus minyak. Di samping itu, kartonfood grade bersifat ramah lingkungan karena mudah terurai.