Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang menggusur wilayah Rawajati maupun daerah lainnya secara kejam menandakan mantan Bupati Belitung Timur antiPancasila.
“Ahok melakukan praktek-praktek kekuasaan dengan arogan dan terutama tidak Pancasilais,” kata Pimpinan Komisi Rumah Amanah Rakyat Ferdinand Hutahaean kepada suaranasional, Kamis (1/9).
Kata Ferdinand, menata kota memang wajar menggusur, tapi jangan menggusur dengan cara barbar dan tidak berperi kemanusiaan.
Menata kota dengan manusiawi, lihatlah masa depan korban gusuran secara kompeherensif. Jangan merampas masa depan kehidupan mereka yang sedang susah ditengah himpitan ekonomi.
“Banyak cara yang beradab dan manusiawi untuk menata kota dan tidak perlu setiap penggusuran itu ada air mata. Memanusiakan manusia dengan adil dan beradab, itulah dasarnya,” ungkap Ferdinand.
Ferdinand mengatakan, keberadaan Ahok ini cenderung sekarang memecah belah persatuan. Ancaman konflik berbau SARA meningkat peluangnya karena Ahok.
“Cara-cara Ahok yang gemar berpolemik dengan pihak lain adalah cikal bakal rusaknya persatuan bangsa. Perilaku Ahok berpotensi besar menimbulkan sentimen SARA ditengah publik. Termasuk penggusuran tidak manusiawi itu berpotensi melahirkan kebencian berbau etnis di Jakarta bahkan Indonesia,” paparnya.
Ahok hanya berani kepada masyarakat kecil dan tidak berani menggusur pemukiman yang bèrdiri di daerah resapan dan pinghir kali.
“Ahok ciut nyalinya ketika berhadapan dengan konglomerat tapi beringas kepada rakyat kecil. Dimana unsur rasa keadilan sosialnya Ahok? Mungkin sudah tergadai oleh kepentingan pribadi Ahok sendiri,” pungkas Ferdinand.