Tewasnya pentolan teroris di Poso Santoso memunculkan banyak pertanyaan setelah ada 3 orang yang terlihat dibiarkan lari.
“Harusnya Santoso itu tidak ditembak mati, dibiarkan hidup, diminta keterangan seperti pelaku Bom Bali, diadili. Terduga Santoso yang mati pun penuh pertanyaan,” kata pengamat politik Ahmad Yazid kepada suaranasional, Selasa (19/6).
Kata Yazid, harusnya satgas Tinombala menjalankan politik antigerilya dengan mengepung Santoso dan kelompoknya. “Dengan mengepung dan kekuarangan bahan makan, Santoso bisa menyerah dan bisa dimintai keterangan,” ungkapnya.
Kata Yazid, kawasan Poso yang kaya sumber alam sengaja dijadikan medan teror sehingga orang takut masuk wilayah tersebut.
“Poso itu lebih terkenal dari Kendari dan kaya sumber alam, dengan adanya teror, maka sumber alam itu bisa dikuasai orang-orang tertentu dan dengan masuknya polisi dan tentara secara tidak langsung mengamankan investasi di Poso,” jelas Poso.
Satgas Tinombala menembak mati dua pria dalam baku tembak di pengunungan Sambarana, Poso, Sulawesi Tengah. Usai baku tembak yang diduga menewaskan Santoso, Tim Satgas Tinombala menemukan senapan M16.
“Senjata M16 ditemukan,” kata Wakapolda Sulteng Kombes Leo Bona Lubis ketika dikonfirmasi detikcom, Senin (18/7/2016).
Leo menuturkan Tim Satgas Tinombala awalnya baku tembak dengan 5 orang tak dikenal, yang terdiri dari 3 laki-laki dan dua perempuan. Dua orang pria kena tembak, sedangkan 3 lainnya melarikan diri.