Gelombang PHK 100.000 Karyawan oleh BUMN Batu Bara

Ilustrasi - Foto: Google
Ilustrasi – Foto: Google

Sejak tahun 2012 komoditas pertambangan khususnya batu bara saat ini masih menghadapi tekanan jatuhnya harga dan rendahnya permintaan. Alhasil kondisi ini membuat sektor batu bara dunia akan melakukan PHK besar-besaran.

Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Heilongjiang Longmay Mining Holding Group, Salah satu grup perusahaan pertambangan terbesar China yang juga dikabarkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal kepada 100.000 tenaga kerjanya. PHK massal ini disebut-sebut sebagai PHK terbesar di China baru-baru ini.

Langkah PHK massal ini ditempuh untuk mencegah kerugian lebih lanjut, bahkan beberapa bisnis non-inti pun dijual untuk membayar utang dari grup bisnis.

Baca juga:  Sekda DKI Jakarta Saefullah Meninggal Dunia

Heilongjiang Longmay Mining Holding Group Co Ltd adalah grup bisnis pertambangan dengan jumlah karyawan mencapai 240.000 tenaga kerja. Dengan rencana PHK massal mencapai 100.000 orang, artinya grup perusahaan ini memangkas hingga 42% dari total karyawannya.

PHK besar itu akan dilakukan selama tiga bulan ke depan untuk mengurangi kerugian lebih besar dan pihak perusahaan mengatakan akan membuat pusat bantuan bagi pekerja yang kehilangan pekerjaannya untuk pindah maupun memulai bisnis mereka sendiri.

Pimpinan Heilongjiang Longmay Mining Holding Group, Wang Zhikui mengatakan pengurangan jumlah penerja merupakan langkah menyelamatkan perusahaan.

“Perusahaan juga berencana menjual bisnis yang tidak terkait dengan batu bara untuk membayar utang perusahaan,” ucap Wang seperti dikutip dari Chinadaily, Minggu (27/9/2015).

Baca juga:  Anjuran Bupati Lamongan Konsumsi Protein Hewani

Selain itu, BUMN pertambangan tersebut memiliki anak perusahaan di Jixi, Hegang, Shuangyashan dan Qitaihe di provinsi Heilongjiang. Produksi batubara dari grup tersebut mencapai setengah dari total produksi batu bara di kawasan itu.

Tahun lalu, grup perusahaan ini telah melakukan restrukturisasi manajemen dan memangkas ribuan tenaga kerja agar perusahaan tetap untung di tengah merosotnya industri secara keseluruhan. Perusahaan ini mengaku telah menelan kerugian hingga 5 miliar yuan atau US$ 815 juta.