Seniman dan Artificial Intelligence (AI): Kolaborasi atau Kompetisi?

Oleh: Anisa Agustina [Mahasiswa Program Studi D3 Teknik Komputer Politeknik Prasetiya Mandiri Bogor]

Di tengah derasnya arus perkembangan teknologi, dunia seni mengalami perubahan yang sangat signifikan. Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan kini bukan sekadar alat bantu, tetapi telah bertransformasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari proses kreatif para seniman masa kini. Karya seni yang lahir dari komputer dan algoritma canggih semakin memperkaya dunia seni, membuka peluang baru yang sebelumnya sulit dibayangkan atau diwujudkan.

Seni pada dasarnya adalah cermin kehidupan manusia — tempat di mana perasaan, pengalaman, dan imajinasi bertemu. Seperti yang dikatakan Ki Hajar Dewantara, seni adalah suatu tindakan atau aktivitas manusia yang bermula dari perasaan. Seorang seniman merangkai warna, bentuk, atau kata-kata dari kedalaman jiwanya, mengekspresikan hal-hal yang sering kali sulit diungkapkan dengan bahasa biasa. Karya seni bukan sekadar objek, melainkan sebuah dialog emosional antara pencipta dan penikmatnya.

Kehadiran AI dalam dunia seni membawa dimensi baru. Dengan kemampuannya memproses data dalam jumlah besar dan mengenali pola, AI dapat membantu seniman di berbagai tahap, mulai dari eksplorasi ide hingga eksekusi teknis. Misalnya, AI mampu menghasilkan variasi warna atau bentuk yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya, sehingga membuka ruang baru bagi imajinasi manusia. Namun, pada dasarnya AI tetaplah sebuah alat yang bekerja berdasarkan algoritma dan data yang diberikan, tanpa pengalaman hidup atau perasaan. Oleh karena itu, banyak ahli melihat AI sebagai pendukung kreativitas manusia, bukan pengganti.

Baca juga:  Perlukah Pelajaran AI untuk Siswa SD?

Sebagaimana dikemukakan oleh Rich dan Knight (1991), Artificial Intelligence (AI) merupakan studi tentang bagaimana membuat komputer melakukan hal-hal yang pada saat ini masih dapat dilakukan lebih baik oleh manusia. Dalam konteks seni, AI membantu memperluas kreativitas, bukan menggantikannya. Contohnya dapat dilihat dari karya seniman seperti Refik Anadol, yang menggunakan data dan algoritma untuk menciptakan ruang digital yang menakjubkan. Salah satu karyanya, Unsupervised, memanfaatkan AI sebagai medium yang membuka wawasan baru dalam praktik seni kontemporer, sekaligus membuktikan bahwa kolaborasi antara manusia dan mesin dapat menghasilkan karya luar biasa.

Kolaborasi ini tentu menghadirkan tantangan sekaligus peluang. Seniman dituntut untuk belajar memahami bahasa baru yang dibawa oleh teknologi, sementara AI terus berkembang mengikuti pola kreatif manusia. Hasilnya bisa berupa karya yang memadukan sentuhan personal dengan inovasi teknis. Sinergi ini mengajak kita untuk memikirkan ulang makna kreativitas: Apakah kreativitas hanya milik manusia? Ataukah ia bisa lahir dari interaksi antara manusia dan mesin?

Baca juga:  Mendukung Pembelajaran AI dan Coding di SD

Pada akhirnya, meskipun AI mampu menciptakan karya visual yang memukau, ia masih belum dapat menangkap kedalaman jiwa dan emosi yang melekat dalam setiap karya seniman. Teknologi sebaiknya dipandang sebagai alat pendukung yang memperkaya proses kreatif, bukan sebagai pengganti manusia. Kolaborasi ini tidak menggantikan sentuhan manusia, melainkan memperkaya dan memperluas cakrawala seni serta kemampuan seniman.

Di masa depan, kita mungkin akan menyaksikan lahirnya karya-karya unik dan luar biasa hasil dari dialog yang intens antara kecerdasan otak manusia dan kemampuan mesin yang semakin canggih. Kolaborasi ini akan menciptakan harmoni yang sebelumnya sulit dibayangkan, di mana kreativitas manusia berpadu dengan kecepatan serta ketepatan teknologi. Pertemuan antara seniman dan kecerdasan buatan bukanlah akhir dari seni manusia, melainkan awal dari babak baru yang sarat dengan potensi besar dan inspirasi tak terbatas. Dengan adanya sinergi ini, batasan-batasan tradisional dalam berkarya akan semakin meluas, membuka ruang bagi eksplorasi kreatif yang lebih bebas dan inovatif.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News