Oleh: Tarmidzi Yusuf, Kolumnis
Ingat peribahasa, “Siapa yang menabur angin, akan menuai badai,” artinya dia yang berbuat, dia pula yang terkena akibat. Peribahasa ini judul buku yang ditulis Soegiarso Soerojo. Buku yang bikin heboh tahun 1988.
Peribahasa ini tepat menggambarkan keputusan politik PKS di Pilkada 2024 khususnya Pilkada Jakarta. Anies Baswedan ditinggal PKS. Sudah ditinggal, Anies “dipukul” PKS. Keputusan PKS ini bikin heboh.
Manuver dusta para Juru Bicara PKS seperti M. Kholid, Pipin Sopian, dan kawan-kawan. Deadline atau tenggat waktu yang pernah disampaikan oleh Juru Bicara PKS M Kholid cs berkaitan dengan Pilkada Jakarta 2024.
Bukan hanya Anies yang kaget. Para pendukung Anies ikut kaget. Tidak menyangka PKS yang tidak tersandera bisa tergoda oleh materi dan menteri. Soal deadline kata Anies tidak pernah ada bahasan terkait deadline 40 hari itu.
Sudah ditinggal PKS di Pilkada Jakarta, ini yang membuat pendukung Anies atau Anak Abah meradang. Anies “dipukul” oleh Mantan Presiden PKS, Tifatul Sembiring.
Tifatul Sembiring menyebut PKS rugi mendukung Anies di Pilpres 2024. Padahal perolehan kursi PKS di DPR naik dari 50 menjadi 53 kursi. Sementara partai-partai KIM, PDIP dan PPP turun kecuali Partai Golkar. Bahkan PPP harus terpental dari DPR. Hebatnya Anies effect, PKS juara di Pemilu DPRD Jakarta. Menggeser dominasi PDIP selama ini.
Partai NasDem dan PKB perolehan kursi di DPR naik signifikan. Hanya partai koalisi pendukung Anies Baswedan di Pilpres 2024 perolehan kursinya naik. Satu-satunya partai di koalisi sebelah yang naik hanya Partai Golkar.
Lucunya 14 November 2024 kita dipertontonkan oleh upaya PKS meminta dukungan Anies Baswedan di Pilgub Jawa Barat dan Jakarta. Calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat, Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie secara khusus meminta dukungan Anies Rasyid Baswedan ke Pendopo Anies di Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Sebelumnya, 29 Oktober 2024 Ahmad Syaikhu diam-diam bertandang ke kediaman Anies Baswedan. Minta dukungan Anies di Pilkada serentak 2024. Padahal PKS bilang rugi dukung Anies, kok sekarang minta dukungan Anies karena banyak Anak Abah di beberapa daerah menolak mendukung calon kepala daerah (cakada) dari PKS. Hasil survei mengkonfirmasi jebloknya elektabilitas calon kepala daerah dari PKS.
Kemarin 27 November 2024 petaka bagi PKS. Banyak calon kepala daerah dari PKS bertumbangan. Pramono-Bang Doel versi hitung cepat beberapa lembaga survei menang 1 putaran. Rika-Suswono terancam kalah 1 putaran di Jakarta. Presiden PKS, Ahmad Syaikhu kalah telak di Pilgub Jawa Barat. Helmi Budiman, Calon Bupati Garut juga kalah telak. 10 tahun Helmi Budiman menjabat Wakil Bupati Garut.
Depok selama 20 tahun dipimpin kader PKS, hasil quick count Pilkada Kota Depok per 27 November 2024 dominasi PKS berakhir. Calon Walikota Depok, Imam Budi Hartono tumbang. Banyak Anak Abah di Kota Depok diam-diam bergerak mendukung Calon Walikota Supian Suri yang diusung 12 partai.
Bukan hanya Kota Depok, PKS yang sejak 2013 selalu menang di Pilkada Kota Bandung harus menelan kekalahan. Ketua DPW PKS Jawa Barat, Haru Suandharu kalah telak dari Muhammad Farhan-Erwin yang diusung Partai NasDem dan PKB. Anak Abah di Kota Bandung mengalihkan dukungannya kepada Farhan-Erwin.
Pipin Sopian, Juru Bicara PKS harus menerima sanksi dari Anak Abah di Kabupaten Purwakarta. Pipin Sopian kalah di Pilkada Kabupaten Purwakarta. Bahkan Juru Bicara PKS, Muhammad Iqbal kalah di pemilihan Walikota Padang.
PKS sedikit terhibur di Kota Bekasi. Calon Walikota Bekasi dari PKS, Heri Koswara yang juga didukung Anies Baswedan dan Anak Abah menang versi hitung cepat internal. Untuk pertama kali kader PKS menjadi Walikota Bekasi. Sebelumnya kader PKS, Ahmad Syaikhu pernah menjadi Wakil Walikota Bekasi.
PKS juga terhibur di Pilkada Propinsi Sumatera Barat dan Banten. Kader PKS, Mahyeldi Ansharullah dinyatakan menang Pilgub Sumatera Barat versi hitung cepat. Calon Wakil Gubernur, Dimyati Natakusumah kader PKS juga menang di Pilgub Banten.
PKS harus menerima konsekuensi atas keputusan politiknya yang meninggalkan dan meremehkan Anies Baswedan dan pendukungnya. Calon kepala daerah dari PKS kalah dibanyak tempat. Keputusan politik yang harus dibayar mahal gara-gara tergoda oleh indahnya kekuasaan yang menipu.
Abah Anies dan Anak Abah sebutan pendukung Anies telah memberikan pelajaran bagi PKS. Itupun kalau PKS mau mengambil pelajaran. Bahwa keputusan PKS di Pilkada Jakarta salah. Meninggalkan dan meremehkan Anies dengan cara tidak berakhlaq sebagai partai yang mengklaim partai dakwah.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.” [QS. al-Hujurat: 11]
Bandung, 26 Jumadil Awwal 1446/28 November 2024