Tak Diragukan Komitmen Harun Sulkam dalam Memperjuangkan dan Membela Rakyat

Nama Harun Sulkam sudah tidak asing bagi aktivis 80-an dan 90-an di Yogyakarta. Pria yang biasa dipanggil Aam ini melakukan aksi perlawanan terhadap Rezim Soeharto.

Untuk melawan Rezim Soeharto, Aam menggalang kekuatan mahasiswa, buruh dan rakyat. Aam membentuk simpul-simpul perlawanan di setiap kampus seluruh Indonesia.

Sikap kritis Aam ke Rezim Soeharto sangat dipengaruhi perintah agama Islam Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Fungsi mahasiswa sebagai agen of change (agen perubahan) terpatri di pikiran Aam.

Berbagai aksi dan suara kritis ke penguasa saat itu membuat Aam harus berurusan ABRI dan kampus UMY tempat ia menempuh ilmu.

UMY memperingatkan secara keras Aam tidak membawa nama institusi kampus ketika melakukan demo maupun advokasi ke rakyat. Sangat beralasan, Soeharto mempunyai hubungan baik dengan petinggi Muhammadiyah dan UMY.

Aam pun harus rela pindah ke Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta. Kepindahan Aam tidak bisa dilepaskan intervensi ABRI di UMY.

Walaupun begitu, dengan jiwa besar, Aam mempunyai hubungan baik dengan dosen dan UMY. Ia masih menjadi keluarga besar alumni UMY (KAUMY)

Ia harus rela tersingkir dari UMY yang dicintainya demi memperjuangkan kepentingan rakyat. Aam pun menyelesaikan tingkat sarjana (strata 1) di Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta.

Intel ABRI sering mengawasi Aam ketika mengadakan diskusi, rapat dan aksi. Diinterogasi Intel ABRI sering dialami Aam.

Untuk menambah pengetahuan bagi gerakan mahasiswa, Aam mengundang tokoh-tokoh kritis seperti Arief Budiman (Dosen UKSW), Romo Mangun, WS Rendra untuk berdiskusi di Yogyakarta.

Yang tidak dilupakan Aam ketika mengadvokasi warga yang tergusur proyek Kedung Ombo. Pemerintahan Soeharto tidak memberikan ganti rugi yang layak warga setempat.

Aam pun dibantu YLBHI mendampingi warga sampai ke pengadilan untuk mencari keadilan. Namun, keadilan di era Soeharto sangat sulit diperoleh.

Ia juga mengorganisir buruh, mahasiswa dan rakyat dalam menyuarakan keadilan buat Marsinah.

Marsinah merupakan salah satu aktivis buruh yang menjadi salah satu korban di era Orde Baru.

Marsinah hilang lantaran diculik oleh sekelompok orang, hingga kemudian mayatnya ditemukan di hutan di Dusun Jegong, Desa Wilangan, Nganjuk, Jawa Timur pada 8 Mei 1993.

Pembredelan Majalah Tempo, Editor dan Detik mendapat penolakan Aam. Ia bersama kawan-kawan aktivis menggelar demo menentang pembredelan Majalah Tempo, Editor dan Detik di UGM.

Aam juga menjalin hubungan dengan aktivis senior seperti almarhum Adnan Buyung Nasution, Almarhum Adi Sasono, Almarhum Rizal Ramli, Hariman Siregar dan lain-lain.

Bahkan almarhum Rizal Ramli dengan Aam seperti adik kakak. Aam memanggil Rizal Ramli dengan sebutan bang.

Hal sama juga terhadap Hariman Siregar. Aam memanggil Hariman dengan sebutan bang. Dalam setiap acara memperingati peristiwa Malari 74 yang diadakan Hariman Siregar, Aam selalu mendapat undangan dan hadir.

Saat ini, Aam menjadi calon legislatif (caleg) Nomor 1 DPR dari Partai Demokrat daerah pemilihan (Dapil) Jatim VI meliputi Blitar, Kediri, dan Tulungagung.

Keputusan tepat Partai Demokrat mengajukan Harun Sulkam menjadi caleg karena kepedulianya dengan rakyat tidak diragukan.

Pengalaman panjang Aam dalam membela kepentingan rakyat akan diperjuangkan di DPR. Jika terpilih menjadi anggota DPR, ia akan mendorong pengesahan UU Perlindungan Asisten Rumah Tangga (ART).

Aam juga akan memperjuangkan penambahan anggaran subsidi pupuk bagi petani.

“Pupuk subsidi (harus) ditambah anggarannya, sehingga bisa diakses oleh masyarakat diikuti dengan tata kelola yang baik. Jadi (harus) ditambah tapi kalau tidak baik tata kelolanya, masih amburadul, banyak penyelewengan, pengawasannya tidak bagus pun juga percuma. Hanya orang-orang tertentu saja yang kemudian menikmati,” ungkap Aam.

Warga Kediri bernama Iwan Setiawan (45) menilai, Aam Sapulete layak menjadi anggota DPR. “Keberpihakan Pak Harun Sulkam (Aam-red) terhadap rakyat tidak diragukan lagi. Saya pilih beliau,” jelasnya.

Iwan mengatakan, Aam Sapulete banyak membantu rakyat kecil. “Setiap Ramadhan ada bantuan dari beliau,” tegasnya.

Budiman (36) warga Blitar menilai Harun Sulkam merupakan sosok yang merakyat. “Pak Harun layak menjadi wakil rakyat. Saya doakan beliau menjadi anggota DPR RI,” pungkasnya.