Kesombongan Prabowo akan Berujung Kejatuhanannya?

Oleh : Ahmad Khozinudin (Sastrawan Politik)

Sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain. Sifat sombong dasarnya adalah karena merasa, merasa diri lebih, merasa diri unggul, merasa diri pasti menang, dan seterusnya.

Debat Pilpres ketiga, berangkat dari merasa ini. Prabowo, merasa dirinya berlatar militer, menteri pertahanan pula. Sehingga, materi debat pertahanan merasa dia kuasai sehingga tidak perlu persiapan, setidaknya menghafal jumlah dan alokasi anggaran Kemenhan.

Akhirnya, Prabowo gelabakan saat ditanya anggaran Kemenhan. Setelah debat, barulah Dahnil Ahzar Simanjuntak yang menjelaskan rincian anggaran Kemenhan.

Prabowo terlihat sombong, saat mengklarifikasi pertanyaan Anies soal lahan 340.000 ha. Kesombongan itu terkonfirmasi dari beberapa hal:

Pertama, kesombongan karena mengumpat Anies dengan sebutan goblok dan asal njeplak. Padahal, umpatan ini sejatinya juga ditujukan kepada Jokowi, karena pada debat Pilpres 2019 lalu Jokowi juga pernah menanyakan lahan Prabowo di Aceh 120.000 ha dan di Kalimantan 220.000, yang totalnya sama dengan yang ditanyakan Anies: 340.000 ha.

Kedua,  kesombongan Prabowo pada lahan yang dimilikinya bukan cuma 340.000 ha, melainkan 500.000 ha. Implisit, Prabowo ingin menyampaikan dirinya lebih tajir dari yang Anies duga.

Padahal, hal ini blunder. Sebab, dasar pelaporan Pendekar Hukum Pemilu Bersih (PHPB) melaporkan Anies ke Bawaslu adalah LHKPN milik Prabowo. Pertanyaannya, apakah lahan 500.000 ha milik Prabowo sudah dilaporkan dan masuk data LHKPN? kalau tidak, ada dugaan upaya menyembunyikan harta kekayaan Prabowo dalam kasus ini.

Ketiga, Prabowo merasa akan dilantik menjadi Presiden karena didukung Jokowi. Pendukung Prabowo, juga sudah sesumbar Prabowo akan dilantik.

Padahal, ini bentuk kesombongan yang paling Akbar. Karena merasa mengetahui kunci langit dan membaca apa yang sudah tercatat di Lauhul Mahfudz.

Karena dukungan Jokowi inilah, Prabowo merasa bisa melakukan segalanya. Sehingga, tidak perlu menguasai materi debat, meski jadi bulan bulanan netizen, toh itu tidak penting. Yang penting, Prabowo menang.

Penulis kira, kesombongan Prabowo ini jika tidak segera dikoreksi akan menjadi sebab kejatuhannya. Bukan kejatuhannya yang pertama, tapi kejatuhannya untuk ketiga kalinya gagal maju menjadi Capres, dan kegagalan keempat kalinya mengikuti kontestasi Pilpres. [].