Kalau Takut Debat dan Diserang, Politikus PDIP: Joget Saja, Sindir Gibran?

Semua paslon capres dan cawapres harus berani berdebat termasuk saling serang gagasan dan program. Debat semua capres dan cawapres untuk menunjukkan kualitas pemimpin yang akan dipilih rakyat Indonesia.

“Debat itu menguji gagasan. Dalam debat tendensi iya, menyerang iya. Yang diserang itu ide, gagasan dan program. Yang Namanya debat itu adu serang. Debat antar kontestan itu diagendakan. Kalau takut debat dan diserang, joget saja,” kata politikus PDIP Masinton Pasaribu dalam acara diskusi di tvOne beberapa waktu lalu.

Masinton mengatakan, dalam debat capres dan cawapres tidak masalah mempersoalkan hasil Keputusan Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) yang telah memutuskan Ketua MK Anwar Usman yang tidak lain paman dari Gibran melanggar etika berat.

“Kalau dipertanyakan kontestasi debat ditanyakan MKMK iya, ada Keputusan MK tapi jelas melanggar etika. Ketua MK diberhentikan karena melanggar etika berat,” jelasnya.

Masinton mengatakan, keputusan MK yang menetapkan kepala daerah yang belum berusia 40 tahun boleh menjadi cawapres ibarat anak muda yang duduk di kendaraan umum saat ada ibu hamil. “Analoginya di transportasi umum, ada ibu hamil, ada kursi kosong di sana. Anak-anak muda menduduki kursi kosong itu tidak salah,  tidak ada aturan yang dilanggar tapi salah secara etika publik,” papar Masinton.

Ia juga heran terhadap capres tertentu yang ditanya soal HAM terlihat emosi dan dianggap isu tahunan. “Ketika ditanya HAM dianggap tendensius gila saja. Kalau ditanya rekam jejak emosi, ini ada rekam jejak. Ini tanggung jawab negara untuk menyelesaikan kasus pelanggaran HAM penghilangan paksa aktivis pro demokrasi,” pungkasnya.