Oleh: Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)
Anies diungkit lagi soal komitmennya untuk tidak nyapres jika Prabowo nyapres. Prabowo dan Gerindra seolah menjadi pihak yang paling berjasa di Pilgub DKI tahun 2017, padahal partai yang mengusung Anies juga dari PKS.
Pilihan untuk mencalonkan diri menjadi Cagub bukan atas kemauannya pribadi, tapi karena tuntutan warga Jakarta yang ingin menumbangkan calon boneka oligarki taipan yang didukung rezim Jokowi, yaitu Ahok. Pada waktu itu Prabowo dan Gerindra masih berakal sehat dan bersama rakyat. Ketika akhirnya Prabowo bergabung dengan rezim Jokowi dan “bersekutu” dengan oligarki taipan, para pendukung Prabowo rame-rame telah meninggalkannya karena dianggap telah “berkhianat”
Anies menang bukan karena Gerindra, tapi warga Jakartalah yang telah memenangkan Anies. Justru kemenangan Anies telah menguntungkan Gerindra karena dapat cocktail effect sehingga perolehan kursi di DPRD naik dari 14% menjadi 19% gara-gara mengusung Anies.
Rupanya Prabowo dan Gerindra belum move on dari merasa berjasanya terhadap Anies di Pilgub DKI
Ada beberapa fakta yang harus diklarifikasi soal “perjanjian” Anies dengan Prabowo :
Pertama, Perjanjian antara Prabowo dan Anies bersifat politiik, bukan personal.
Anies berjanji untuk maju nyapres pada tahun 2019 karena berkaitan dengan
komitmen politik Anies sebagai Gubernur DKI, bukan sebagai pribadi an sich.
Kedua, Janji Anies untuk tidak nyapres karena komitmennya untuk menyelesaikan masa tugas sebagai Gubernur DKI selama lima tahun sampai tahun 2022.
Komitmen Anies ini ditepati, termasuk janjinya untuk tidak “melawan Prabowo di Pilpres 2019, walaupun pada tahun 2019 ada beberapa tawaran untuk nyapres dan nyawapres.
Ketiga, Klausul yang dimaksud Anies tidak akan mengkhianati Prabowo sudah barang tentu untuk Pilpres 2019, baik eksplisit maupun implisit
Bagaimana mungkin Prabowo dan Gerindra berfikir kalau perjanjian itu berlaku secara abadi ? Bukankah Anies setelah tahun 2022 menjadi orang merdeka yang tidak terikat dengan janji politik apa pun. Lagian siapa yang menyangka kalau Prabowo bakal maju nyapres lagi untuk keempat kalinya ?
Keempat, Majunya Anies di Pilgub DKI atas ambisi dan kemauan Anies pribadi, atau Anies yang ditawari dan diminta untuk jadi cagub ?
Sepertinya bukan sifat Anies untuk ngemis-ngemis jabatan. Kalaupun Anies yang datang kepada Prabowo pastinya karena diundang bukan Anies yang menawarkan dirinya untuk dijadikan cagub.
Kelima, Benarkah ada bukti tertulis hitam di atas putih tentang perjanjian itu, jika benar ada harus dibuka ke publik.
Jangan bermain retorika dengan melemparkan berbagai tuduhan “berkhianat”. Tunjukkan bukti hitam di atas putihnya, biar masyarakat tau tentang detail klausulnya.
Sebenarnya masalah ini bagi Anies sudah clear, karena tidak ada lagi yang perlu dipermasalahkan. Barangkali karena pihak Prabowo panik sehingga menganggap isi perjanjian itu berlaku seumur hidup selama Prabowo nyapres. Begitukah maksudnya ? Sungguh sangat naif, tidakkah yang menghendaki Anies nyapres adalah rakyat yang ingin perubahan, karena rakyat sudah muak dengan gaya kepemimpinan Jokowi otoriter dan mempermainkan hukum.demi kepentingan kekuasaan.
Prabowo sebagai capres pelanjut Jokowi sudah selayaknya ditinggalkan rakyat, karena akan makin menambah kesengsaraan baru yang mungkin lebih parah lagi dari era Jokowi.
Wallahu a’lam