Alam akan Terus Menghukum Gibran

Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)

Gibran secara beruntun dipermalukan rakyat karena telah membuat berbagai narasi bodoh yang menunjukkan kalau Gibran memang otaknya kosong. Kedunguan Gibran jauh lebih parah daripada Jokowi. Berbagai blunder kelakuan Gibran sebenarnya sebagai teguran keras Allah untuk Jokowi yang memaksakan Gibran nyawapres dan Prabowo yang menerima Gibran sebagai cawapres.

Para pendukung Gibran cawapres sepertinya sengaja ingin menghancurkan Indonesia demi kepentingan pribadi.

Jika saja masyarakat Indonesia, terutama para para pejabat dan pimpinan di berbagai lembaga dan instansi, mampu memberdayakan potensi penglihatan, pendengaran, hati nurani dan akal sehat yang ada dalam setiap diri, sebenarnya sudah terlalu banyak teguran Allah melalui “alamat” (tanda-tanda alam) semenjak Jokowi hendak memimpin negeri ini. Mulai dari hujan lebat, angin topan, tangan tertusuk udang, bibir terhantam smartphone, sampai dengan dikalahkan di perhitungan cepat dan manual. Tapi kepentingan urusan dunia, jabatan dan kekuasaan telah membutakan dan menumpulkan segala potensi yang telah Allah berikan.

Bukan saja masih banyak orang yang percaya terhadap kebohongan Jokowi, tapi banyak pula yang membela Jokowi mati-matian bahkan menjadi penganut Jokowi secara membabi buta (menjadi Jokowisme).

Di akhir kekuasaannya banyak orang yang semula sebagai pengagum dan pembantu Jokowi tersadar tentang siapa sebenarnya Jokowi itu dan mulai meninggalkannya dan membongkar borok-boroknya: ada yang menyesal, ada yang balik melawan, ada yang mengungkap betapa cawe-cawenya Jokowi dalam urusan kecurangan (seperti diungkap Jend. Andika), intervensi pengusutan korupsi E-KTP (seperti diungkap matan Ketua KPK Agus Raharjo), tentang pembubaran FPI (seperti diungkap Jend. Fachrul Rozi), tentang pembiaran mafia dan upaya menghentikan kasus Setnov (seperti diungkapkan Sudirman Said), dll.

Sayangnya masih banyak huga orang-orang yang benar-benar dikunci mati (disegel) segala inderanya dari kebenaran. Semua langkah Jokowi terus saja ditaati dengan mengorbankan kebenaran dan kejujuran.

Pencawapresan Gibran telah menguak betapa bobroknya seorang Jokowi. Gibran yang “diselundupkan” melalui putusan “ilegal” MK, akan menjadi bencana bagi Indonesia jika KPU dan MK secara curang tetap memenangkan Prabowo-Gibran. Berbagai blunder yang terjadi akhir-akhir ini terhadap Prabowo dan Gibran sebagai sinyal alam akan bahayanya pasangan nomor 2 ini :

Pertama, Prabowo mulai sakit-sakitan (kakinya) sehingga jika menjadi Presiden akan sangat bermasalah

Jangankan untuk menjalankan tugas-tugas untuk berkeliling Indonesia dan luar negeri, menjalankan tugas-tugas di istana jika sakit juga tidak akan mampu.

Kedua, Prabowo tidak lagi berkomitmen memberantas korupsi

Selain korupsi di kementriannya tidak diproses hukum, proyek food estate yang tidak diusut, kadernya yang koruptor tetap bisa nyaleg, juga masih bersahabat dengan para koruptor.

Ketiga, Prabowo tidak mengutamakan gagasan dan program yang bisa mensejahterakan, tapi malah banyak menampilkan joged gemoy, pertanda malas berfikir

Indonesia perlu pemimpin yang kaya gagasan bukan pemimpin yang suka joged-joged.

Keempat, Prabowo lebih pro pengusaha daripada pro buruh

Di awal-awal Prabowo sudah meminta buruh untuk tidak minta kenaikan upah.

Kelima, Prabowo hanya sebagai kepanjangan tangan Jokowi

Jokowi sendiri lebih mengutamakan kepentingan oligarki taipan daripada kepentingan rakyat.

Keenam, Gibran sebagai cawapres otaknya kosong, nol gagasan dan nol program

Dalam hampir setiap undangan adu gagasan Gibran gak bakak hadir. Jadi nara sumber pun menolak tanya jawab. Pemaparannya malah ngacau. Sekalipun KPU mau melindunginya dengan bikin aturan baru demi Gibran, tidak akan bisa menutupi kebodohannya.

Ketujuh, Gibran nol pengalaman mengurus negara

Jadi walikota Solo juga, diselundupkan buk karena kompetensi. Itu pun belum teruji. Belum teruji jika jadi Gubernur, Menteri, Anggota DPR, Ketua DPR, tapi langsung loncat jadi cawapres.

Kedelapan, Gibran nol kapasitas dan kemampuan menjadi seorang leader

Gibran hanya pengalaman mimpin pekerja tukang martabak, sekarang harus memimpin para jenderal, para professor, para profesional, para ulama, para cendikia, dll. Mau jadi apa negara ini jika dipimpin Gibran ?

Kesembilan, Gibran tidak punyak kemampuan berkomunikasi selain blusukan ke gorong-gorong dan bagi-bagi amplop (entah uang dari mana?)

Tidak bisa ngomong secara jelas, tidak bisa menangkap sebuah pertanyaan, tidak punya kapasitas menjawab pertanyaan, tidak punya kesabaran melayani orang yang komplain. Belum apa-apa sudah pakai jubir.

Kesepuluh, Gibran bukan orang yang bersih dan tidak punya kemampuan memberantas korupsi

Gibran sudah dilaporkan ke KPK okeh Ubaidillah Badrun atas berbagai kasus korupsi, tapi tidak ditindaklanjuti hanya karena anak penguasa. Bagaimana mungkin Gibran bisa memberantas korupsi. Era Jokowi korupsi meraja lela, bagaimana jadinya jika Gibran jadi cawapres.

Tidak selayaknya pasangan Prabowo-Gibran memimpin negeri ini.

Hanya pasangan Anies-Cak Imin yang layak dan mampu memimpin negeri ini.

Mari gunakan hak pilih kita jangan sampai pilihan jatuh ke calon yang tidak tepat. Jika Anda abstain (golput), bisa jadi pilihan itu jatuh kepada orang yang salah.

Bandung, 22 J. Awak 1445