Oleh: Tarmidzi Yusuf, Kolumnis
Perdebatan panas. Elit PDIP versus pendukung Prabowo-Gibran dari faksi Jokowi. Berantem sesama banteng. Banteng Ganjar seruduk banteng Gibran.
Tayangan televisi dan berita dipenuhi pertengkaran sesama kader PDIP. Dulu bersekutu. Kini berbeda pilihan. Pangkalnya Gibran Rakabuming Raka.
Lolosnya putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka sebagai bakal calon wakil presiden mendampingi bakal calon presiden Prabowo Subianto menimbulkan perang terbuka jelang Pilpres 2024. Megawati Soekarnoputri dan Presiden Jokowi. Petugas partai dan PDIP diujung masa jabatan pecah kongsi.
PDIP dilemah. Jokowi dan Gibran dipecat dari PDIP tidak menguntungkan secara electoral bagi PDIP. PDIP akan dibully habis-habisan bila Jokowi dan Gibran dipecat. Pemecatan inilah yang dinantikan oleh Jokowi dan Gibran. Akan dikapitalisasi untuk menggembosi PDIP.
Pengalaman Pilpres 2004 yang lalu tampaknya menjadi pengalaman penting bagi PDIP. Ketika itu, PDIP habis-habisan menyerang SBY. Serangan PDIP menimbulkan simpati rakyat. SBY berhasil mengalahkan Megawati Soekarnoputri di Pilpres langsung pertama kali digelar di Indonesia.
Penempatan putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep menjadi Ketua Umum PSI merupakan bentuk perlawanan Jokowi terhadap PDIP. Jokowi sedang menggembosi PDIP melalui penempatan Kaesang Pangarep sebagai Ketua Umum PSI.
Diturunkannya dua anak Jokowi (Gibran dan Kaesang) di arena nasional jelang Pilpres 2024 pasca Jokowi gagal tiga periode dan perpanjangan masa jabatan presiden merupakan bentuk pembangkangan Jokowi terhadap Megawati Soekarnoputri dan PDIP.
Pasalnya, Megawati dan PDIP paling keras menentang usulan Jokowi presiden tiga periode dan perpanjangan masa jabatan presiden. Selain itu, Megawati Soekarnoputri dan PDIP tidak mau didikte oleh Jokowi di Pilpres 2024.
Alasannya? Megawati Soekarnoputri kecewa. Selama hampir dua periode Jokowi menjabat presiden, PDIP dan Megawati Soekarnoputri kurang mendapat posisi strategis di pemerintahan jika dibandingkan dengan Luhut Binsar Panjaitan.
Pengalihan dukungan Jokowi di Pilpres dan Pileg 2024 dari Ganjar Pranowo ke Prabowo Subianto (bisa juga Jokowi bermain dua kaki) dan PDIP ke PSI menunjukkan bahwa hubungan antara Megawati Soekarnoputri dan PDIP dengan Jokowi sedang berada di titik terendah.
Ketegangan itu menjadi-jadi setelah Mahkamah Konstitusi meloloskan Gibran Rakabuming Raka sebagai bakal calon wakil presiden. Perang terbuka antara PDIP dan Jokowi. Hubungan terburuk dalam sejarah keduanya.
Malah menurut isu terakhir. PDIP sedang mempertimbangkan hak angket dan pemakzulan Jokowi. Presiden Jokowi dianggap tak tahu terima kasih oleh PDIP. “Kalau bukan PDIP yang mengusung, Jokowi bukan siapa-siapa,” sindir Megawati saat HUT ke-50 PDIP di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (10/1/23).
Bukan kali ini saja Megawati menyindir Presiden Jokowi di depan publik. Menyebut Presiden Jokowi sebagai petugas partai. Satu sebutan yang merendahkan Jokowi sebagai kepala negara.
Konflik antara Megawati dan Jokowi, PDIP dan PSI akan membuat suara PDIP terbelah di kantong-kantong suara PDIP. Terdistribusi ketiga pasangan calon; Anies-Muhaimin, Ganjar-Mahfud dan Prabowo-Gibran.
Medan pertempuran antara Jokowi dan Megawati Soekarnoputri melalui Prabowo-Gibran dan Ganjar-Mahfud diprediksi akan terjadi di Jawa Tengah. Keduanya, Ganjar dan Gibran diprediksi akan bersaing ketat di basis massa yang sama.
Bandung,
18 Rabiul Tsani 1445/2 November 2023