Apa yang Bisa Diharapkan dari Seorang Prabowo?

Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)

Prabowo saat ini bukan lagi Prabowo di tahun 2019 yang garang bagai macan, penuh integritas, gagasannya yang brilian, nasionalisme sangat tinggi, dan komitmennya terhadap untuk mensejahterakan rakyat dan pemberantasan korupsi luar biasa.

Wajar jika waktu itu orang-orang yang “anti” Jokowi semua mendukung Prabowo : ulama, umat Islam, pemuda, mahasiswa, emak-emak, cendikiawan, dan kaum milenial.

Prabowo saat ini adalah Prabowo yang tidak lagi energik, orientasi pembangunan yang telah berubah, tidak setia dengan pendukungnya, menjauhi ulama, pro oligarki, bersahabat dengan para koruptor, dan kurang peka terhadap berbagai problematika bangsa sendiri dan bangsa lain.

Sebenarnya di tahun 2019 secara hitungan quick count yang ditampilkan media-media mainstream Prabowo – Sandi itu menang, tapi hasil itu tiba-tiba dirubah oleh operator suruhan sehingga (perolehan suara dibalik) Prabowo-Sandi menjadi yang di bawah, dan oleh KPU dan MK Prabowo-Sandi dinyatakan kalah.

Ketika tim Prabowo mengajukan gugatan ke MK, MK (settingan) tetap memenangkan Jokowi-Ma’ruf.

Sayangnya, langkah Prabowo bukannya tetap sebagai ksatria menjadi oposisi Rezim curang, tapi malah bergabung dengan rezim pembohong. Semenjak saat itulah wibawa Prabowo sudah hilang.

Untuk pilpres 2024, sekalipun menurut hasil survey lembaga-lembaga survei “pelacur” Prabowo selalu diunggulkan di urutan teratas, tapi semuanya cuma tipu-tipu. Fakta dan realita di lapangan sangat berbanding terbalik dengan apa yang ditampilkan oleh lembaga-lembaga bayaran.

Saat ini nilai jual Prabowo sudah sangat rendah, ini yang menjadikan Prabowo tidak percaya diri dan terpaksa harus menggandeng terus popularitas Jokowi yang sebenarnya juga sudah ambruk.

Paling tidak ada 5 alasan masyarakat sudah ogah ke Prabowo :

Pertama, Prabowo telah kehilangan integritas

Nilai-nilai kebenaran, kejujuran, kesalehan moral dan etika yang selama ini ditunjukkan Prabowo tiba-tiba lenyap begitu saja begitu bergabung dengan rezim Jokowo. Ketika sudah menjadi bagian rezim Jokowi, maka warna karakter pribadi Prabowo sudah sama dengan warna pribadi Jokowi : pembohong, penipu, khianat, ingkar janji, hilang empati, dan masa bodoh terhadap nasib rakyat. Dengan dikriminalisasinya IB HRS dan dibantainya 6 laskar FPI, Laa kalam walaa salam dari Prabowo.

Kedua, Macannya sudah jadi Meong

Ketika Prabowo tengah kampanya menyinggung keterlibatan Asing dan Aseng di Indonesia, Prabowo sangat marah sampai gebrak-gebrak podium. Seolah macan yang sedang marah dengan mengecam para pengeruk kekayaan alam dengan istilah “antek-antek Asing”. Tapi begitu Prabowo gabung dengan rezim Jokowi, auman macannya sudah tidak garang lagi, rupanya macannya sudah berubah jadi meong (kucing).

Ketiga, Tidak punya gagasan perubahan

Prabowo sudah komit akan melanjutkan program-program Jokowi yang telah dipuj-pujiinya setinggi langit. Padahal, dalam pandangan rakyat selama dua periode memimpin Indonesia, Jokowi telah gagal membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.

Hasil survey kepuasan masyarakat terhadap kinerja Jokowi yang mencapai 80%, itu dilakukan oleh lembaga survey abal-abal, penjilat yang telah berdusta dengan memutarbalikkan fakta,tidak transparan serta tidak menggunakan metodologi yang baku dan kredibel.

Jika Prabowo bertekad mau melanjutkan program-program Jokowi, apanya yang mau dilanjutkan ; hutang yang bertumpuk ? Ekonomi yang terpuruk ? APBN yang bangkrut ? Harga-harga barang (termasuk BBM) yang selangit ? Menggusur rakyat yang tak berdaya ? IKN yang tanpa perhitungan matang sehingga para investor pada lari ? Kereta Api Cepat yang cicilannya menguras keuangan Negara ? Sikap permusuhannya terhadap ulama dan umat Ialam ? Hukum yang telah dijadikan alat penguasa ? Jalan-jalan Tol yang mangkrak, atau telah membuat jadi tidak bisa memberikan dampak baik masyarakat kecil, dll.

Keempat, Prabowo telah berubah jadi pro oligarki taipan

Di tahun 2019 Prabowo tampak sangat pro rakyat dan menginginkan kemandirian bangsa. Berbagai gagasan untuk memajukan Indonesia banyak dipuji rakyat mulai dari ketahanan pangan, ekonomi rakyat, penegakan hukum, kesejahteraan rakyat, pertahanan negara yang kuat, kemandirian bangsa yang tidak bergantung kepada Asing dan Aseng, dll. Tapi semenjak bergabung dengan rezim Jokowi, Prabowo dan Jokowi sama saja, 11-12 yang pro oligarki taipan.

Kelima, Tahun 2024 usia Prabowo sudah 72 tahun

Lahir tanggal 17 Oktober 1951, berarti tahun 2024 usia Prabowo sudah 73 tahun. Bagi orang Indonesia yang rata-rata 65 tahun, usia 73 tahun jelas akan mengalami banyak kendala : kesehatan, mobilitas, daya pikir, dan kecepatan dalam membuat keputusan.

Jika saja Cawapres Prabowo adalah Gibran yang masih ingusan (istilah Panda Nababan), tidak berpengalaman, tidak berintegritas, korup, tidak cerdas, tidak bijak, dan plonga-plongo, maka lengkap sudah Indonesia bakal menuju kehancuran total.

Lalu apa yang bisa diharapkan dari seorang Prabowo ?

Silakan direnungkan dalam-dalam.

Bandung, 28 R. Awwal 1445

Simak berita dan artikel lainnya di Google News