Beberapa hari ini masyarakat dihebohkan dengan ungkapan kata Piting yang di ucapkan oleh Panglima TNI Yudo Margono dalam suatu Rapat dijajaran internalnya dan akhirnya keluar juga dan menjadi viral di masyarakat,ini menaggapi atas kejadian Aksi Demo Masyarakat Rempang Galang Di Batam tanggal 7 dan 11 september 2023 lalu untuk saling Berhadap hadapan antara TNI dengan masyarakat Rempang Galang yang kemungkinan bisa terjadi lagi ke Depannya.
Sontak saja, pernyataan Panglima TNI kelahiran Madiun Jawa Timur tersebut, ramai menjadi sorotan baik di dunia maya maupun di dunia nyata, pasalnya kata Piting tersebut, memicu berbagai persepsi di kalangan masyarakat, Meskipun Kapuspen TNI sudah menjelaskan makna piting yang sejatinya merangkul, pernyataan tersebut, mendapatkan reaksi dari Syahzinan, SE salah seorang putra daerah Kepulauan Riau berdomisili di Jakarta.
Saat dihubungi awak media, ia mengatakan bahwa dalam cabang olahraga Beladiri, kata Memiting itu adalah teknik, taktik maupun strategi Gerakan mengunci lawan yang menyebabkan lawan tercekik atau tak bisa bernapas dan menyerah kalah.
“Gerakan piting memiting itu, biasa kita saksikan dalam Pertandingan UFC di Televisi. Misalnya saja dalam acara Pertandingan Pride One atau MMA di oktagon antara Petarung Conor Mc Gregor vc Khabib Nurmagomedov beberapa waktu yang Lalu yang akhirnya dimenangkan oleh Petarung Khabib Nurmagomedov dengan teknik” MEMITING” untuk mengunci mengalahkan lawan, ya, gerakan memiting itu merangkul tapi merangkul untuk mengalahkan lawan, bukan merangkul dalam arti seperti seorang sahabat yang lama tak jumpa, Kenapa Yudo Margono Panglima TNI mengeluarkan kata kata” MEMITING tersebut, jangan-jangan dia sangat terinspirasi setelah menonton Pertarungan UFC di Oktagon dalam Kejuaraan MMA yang paling sangat Populer Dan banyak digemari di Eropa dan Amerika serikat,” ungkap Syahzinan, SE.
Juga namanya, lanjut Syahzinan, kebetulan cabang olahraga itu adalah YUDO mirip dengan nama si Panglima TNI tersebut, selain itu, kemungkinan dia menguasai Bela diri YUDO, sehingga dia hapal betul Gerakan piting-memiting untuk mengalahkan lawan, yang kemudian terlontar ungkapan piting tersebut dalam benaknya untuk menyikapi Gerakan demonstrasi masyarakat Rempang-Galang menolak Pembangunan Kawasan Eco City .
“Ya, mungkin saja, saya menduga dalam benak pikiran Yudo Margono, rakyat Rempang dianggap lawan, yang harus dikalahkan dengan Gerakan memiting, yang merupakan Gerakan mengunci untuk mengalahkan lawan, pandangan inilah yang bikin kami heran bercampur kesal, lho TNI ini kan lahir dari rakyat, dan mempunyai tugas melindungi rakyat, mengapa menganggap rakyat itu lawan? Ini kan aneh dan bahkan bisa dikatakan mengingkari jatidiri dari TNI itu sendiri,” tukas Syahzinan, SE.
Di kesempatan ini, Syahzinan, SE, juga mengungkapkan bahwa terkait dengan Gerakan memiting tersebut tidak hanya popular digunakan sebagai salah satu Teknik mengalahkan lawan dalam cabang olahraga Bela diri, namun juga konon digunakan oleh SI PITUNG sosok Pahlawan dan Jawara Jagoan di tanah Betawi dalam mengusir dan melawan Bangsa Penjajah, dan merupakan sosok sangat melegenda dan kesohor sekali di Tanah Betawi sampai dibuat sebuah Film Dokumenter dengan judul” SI PITUNG, yang di akhir hidupnya di makamkan di Marunda tepatnya di Belakang Kampus STIP.
“Ada hal yang menarik antara Si Piting dan Si Pitung, keduanya ada hal berbeda tapi mungkin punya saling keterkaitan dari aspek dan perspektif yang berbeda dilihat dari dimensi Kesejarahan yang berbeda pula,” tutur Syahzinan, SE.
Mungkin, sambung Syahzinan, SE, dalam kontek yang lagi viral dan ramai, saat ini, keberadaan kata SI PITING dan SI PITUNG ini Menjadi perdebatan di kalangan masyarakat di Kepri dan bahkan sudah menjadi perbicangan di tingkat nasional, satu pihak ada yang memaknai Piting /Gerakan memiting yang dilontarkan oleh Panglima TNI tersebut, di indikasikan dimaknai sebagai Gerakan untuk melumpuhkan rakyat, utamanya rakyat Rempang-Galang yang menolak digusur dari tanah leluhurnya, sedangkan si Pitung dalam Gerakan perlawanannya terhadap penjajah Belanda, dia selalu menggunakan ketangguhan kehebatannya dalam berpecak silat dengan menggunakan Gerakan memiting untuk mengalahkan penjajah, itulah perbedaannya, Si Pitung memiting untuk kalahkan penjajah, sedangkan Panglima TNI Yudo Margono jangan-jangan memiting untuk melemahkan saudara-saudara kita di Rempang & Galang.
“Sebenarnya kita sangat Prihatin dan sangat Kecewa kepada Panglima TNI Yudo Margono Dalam penyataanya dapat Rapat internal di jajarannya mengunakan Kata ” MEMITING” Dalam Penanganan Permasalahan Rempang Galang, Kita tahu Dia Pernah Bertugas lama di Kepri Sebagai Pangkogabwilhan I yang berkedudukan di Tangjungpunang, sebenarnya dia harus tahu perasaan kebatinan dan suasana karakter orang melayu Kepri,” tutur Syahzinan, SE.
Lebih lanjut Syahzinan, SE, mengatakan tidak sepatutnya, Panglima TNI Yudo Margono yang sudah mengenal dekat adat istiadat masyarakat Kepri, mengucapkan kata-kata yang menciderai batin masyarakat Rempang dan Galang, dirinya sangat menyesalkan apa yang dilakukan seorang Panglima TNI, Pimpinan sebuah institusi negara yang lahir dari rahim rakyat.
“Tapi ya, sudahlah, menurut kami dari peristiwa ini sesungguhnya ada hikmah yang diambil , yakni agar Panglima TNI atau siapapun harus berhati-hati dan tidak grasa grasu dalam mengeluarkan pernyataan, karena dampaknya bisa menimbulkan kegaduhan, jangan mengganggap rakyat musuh, bodoh dan tidak paham apa-apa, Jangan pernah berpikiran seperti itu, Permintaan maaf dari Panglima TNI, tentunya bisa diterima oleh Rakyat Rempang, namun demikian ungkapan tersebut bernada intimidatif yang telah melukai perasaan Rakyat Rempang tersebut, rasanya akan menjadi catatan hidup, setiap warga Rempang-Galang selamanya, sebaiknya Panglima TNI Yudo Margono datang ke Rempang & Galang, temui mereka, rangkul mereka sebagai saudara bukan sebagai musuh atau lawan,” pungkas Syahzinan, SE.