TNI dan Polri terlihat makin sadis atas kejadian di Rempang, Kepulauaan Riau yang menembakkan gas air dan menangkap warga setempat yang menolak penggusuran.
“Kasus Rempang Batam menjadi bukti bahwa TNI-Polri telah bertindak bengis dan sadis, padahal yang dibela adalah “peniajah” China yang bermaksud menginvasi Indonesia dengan dalih investasi,” kata pemerhati Sosial dan Politik Sholihin MS kepada redaksi www.suaranasional.com, Sabtu (16/9/2023).
Kata Sholihin, selama era Jokowi aparat kepolisian menjadi barisan pengecut dan penakut. Pengecut karena beraninya cuma kepada rakyat kecil yang tidak sepaham dengan penguasa. Tapi kalau untuk menghadapi para pendukung rezim, walaupun mereka telah nyata-nyata telah melanggar hukum hukum, polisi menjadi o
Penakut.
“Hampir semua kasus pelanggaran hukum yang melibatkan para buzzer rp dan penjilat rezim, tetap aman. Apalagi untuk menghadapi para teroris yang berada di Papua, aparat kita langsung jadi ciut nyali,” ungkapnya.
Aparat kita hanya beraninya sama rakyat sendiri. Bahkan demi membela para oligarki taipan dan China komunis aparat kita berani “menghabisi” rakyat tidak berdosa.
“Polri telah menyimpang dari tupoksinya. Hanya menjadi instrumen kekuasaan. Ketika kekuasaan telah keluar jalur dan hanya menjadi kepanjangan tangan dari oligarki taipan dan China komunis, aparat kita malah ikut terhanyut dalam kubangan kezaliman dan kebiadaban,” jelasnya.
Ini sangat menyakiti hati rakyat. Padahal mereka semua telah digaji oleh rakyat. Tapi malah kerjanya menyakiti rakyat.
Kata Sholihin, Harus ada reformasi total di institusi kepolisian, sebelum akhirnya citra Polri benar-benar terpuruk dan tidak dipercaya masyarakat. “Saat ini kepercayaan masyarakat terhadap Polri berada di dalam titik nadir, itu semua akibat ulah polisi yang lebih mementingkan para taipan daripada rakyatnya sendiri,” ungkap Sholihin.