Oleh: Cak Mad
Ada tiga daerah yang menentukan kemenangan seorang kandidat Presiden jika bertarung dalam kontestasi Pilpres. Ketiganya adalah Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Pada pemilu 2019, PDIP mendominasi perolehan suara di tiga wilayah itu. Di Jawa Timur PDIP memperoleh 20 kursi DPR RI, 26 Kursi di Jawa Tengah dan 17 Kursi di Jawa Barat.
Perolehan kursi untuk DPR RI mencerminkan perolehan kursi di DPRD Provinsi dan Kota Kabupaten. Maka jangan heran jika PDIP begitu kuat di tiga wilayah itu.
Partai manakah yang mampu menandingi PDIP?Tak satupun, tapi yang mampu mendekati hanya PKB untuk wilayah jatim dan Jateng serta PKS untuk wilayah Jabar
Sekiranya 3 partai pendukung ARB yg mula seperti PD, PKS dan NASDEM digabung, tidak akan melewati perolehan suara PDIP di Jatim dan jateng.
Di Jatim PD (7) Nasdem (9) dan PKS (2). Total perolehan kursi ketiga parpol tsbt hanya (18).
Berapakah PKB untuk Jatim, mencapai (19) kursi, artinya tiga gabungan partai pendukung ARB tidak bisa melewati PKB alih-alih PDIP.
Di Jawa Tengah PDIP meraih 26 kursi. Sementara Nasdem (5), PD (5) dan PKS ( 5). Bagaimana PKB di jateng?, PKB mendapatkan (13) kursi atau 50% dari perolehan PDIP.
Di Jabar, PDIP mendapatkan 17 kursi. Wilayah yang dikenal berbasis Islam justru didominasi oleh PDIP. PKS mendapatkan 13 kursi walaupun Gubernurnya dari PKS. Sementara PD 10 kursi dan nasdem 5 kursi. Jika ditotal baru di Jabar PDIP kalah lawan gabungan 3 partai.
Dari hitung-hitungaan ini terlihat bahwa sulit melewati kekuatan PDIP jika tidak melibatkan PKB yang mampu mengimbangi PDIP di Jatim dan Jateng.
Secara nasional perolehan kursi DPR RI utk PKB mencapai 58 Kursi dan PD mendapatkan 54 Kursi.
Dari hitung-hitungan ini saya kira menjadi salah satu dasar Surya Paloh untuk mengambil tindakan cepat dengan menggaet Cak Imin dan PKB bergabung dalam koalisi ARB.
Jika mengikuti hitungan-hitungam kekuatan tersebut langkah Surya Paloh rasional, meskipun dlm tindakannya melewati batas kesopanan koalisi.
Namun jika ditimbang manfaat dan mudharat langkah SP bisa dipahami sebagai langkah darurat yang harus dilakukan. Ingat Kemenangan Jokowi atas Prabowo Subianto ditentukan Jawa Timur.
Bagaimana sikap PD? ini ujian bagi SBY dan sang putra AHY utk belajar menerima takdir. Kekuasaan tidak berjalan linier dalam rasionalitas manusia, kekuasaan adalah domain ALLAH yg diberikan kepada siapa yang DIA Kehendaki.
PD tidak perlu mengharu biru dengan purik meninggalkan koalisi. Ini biasa dlm politik kekuasaan, bukankah dulu SBY Dipecat Megawati dan kemudian bisa bangkit lebih baik?.
Mengapa Cak Imin yang berpasangan dengam ARB?. Itu Takdir. Terimalah. Orang hebat besar karena takdir penerimaan yg tulus. Nelson Mandela, Soekarno, Soeharto, Gus Dur dll tokoh-tokoh hebat di dunia besar karena keikhkasan menerima takdir nya.
Solo, 2 September 2023