Sembilan istri Soekarno (Bung Karno) perlu dibuatkan patung agar rakyat Indonesia mengetahui bahwa Indonesia pernah memiliki pemimpin yang berpoligami dan mencintai banyak wanita.
“Patung Bung Karno tertinggi dibuat di Bandung. Perlu juga 9 istri Bung Karno dibuatkan patung biar rakyat tahu,” sindir pengamat politik dan hukum Damai Hari Lubis kepada redaksi www.suaranasional.com, Ahad (1/7/2023).
Kata Damai, setiap patung istri Bung Karno juga dituliskan kisah cintanya. “Termasuk kisah Bung Karno yang merebut istri Sanusi bernama Inggit Garnasih,” paparnya.
Damai mengatakan, selama Orde Baru, kisah cinta Bung Karno dengan beberapa wanita ditutup rapat oleh penguasa saat itu. “Namun ketika PDIP berkuasa dan membuat patung Bung Karno justru aib-aib Bung Karno terbuka sendirinya,” jelas Damai.
Patung Presiden pertama Republik Indonesia Ir. Sukarno akan segera dibangun di Kota Bandung, tepatnya di di GOR Taman Saparua, dan akan menjadi patung Bung Karno yang tertinggi di Indonesia.
“Insyaallah tahun ini Monumen Plaza Bung Karno di Bandung ini akan menjadi monumen tertinggi di Indonesia, mungkin tertinggi di dunia. Ini akan menjadi ikon baru di Jawa Barat,” kata Ketua Yayasan Putra Nasional Indonesia Pamriadi, dalam acara peletakan batu pertama pembangunan monumen, seperti dikutip dari Antara.
Pamriadi mengatakan pembangunan patung ini dilakukan secara gotong royong, tanpa menggunakan uang negara atau daerah.
“Patung Bung Karno setinggi 22,3 meter ini, Insyaallah tidak dibiayai APBN dan APBD, tetapi mendapatkan donatur-donatur yang sangat cinta Bung Karno, terhadap perjuangan Bung Karno,” kata Pamriadi.
Pamriadi menjelaskan pembangunan patung membutuhkan anggaran Rp14,5 miliar, dengan ide datang dari akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB). Pembangunan monumen ditargetkan rampung dalam 3-4 bulan ke depan.
“Monumen Plaza ini akan dilakukan pembangunan pada awal Juli dengan membangun pertama adalah menata taman Plaza Bung Karno,” kata dia.
Dalam groundbreaking tersebut, hadir pula Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto bersama Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.