Masyarakat mendapatkan keuntungan dari program pemberdayaan hewan kurban. Ekonomi masyarakat meningkat dengan adanya program pemberdayaan tersebut. Tentu hal ini didasarkan pada tingkat supply dan demand-nya.
Demikian dikatakan Ketua Baznas Depok, Endang Ahmad Yani, pada webinar Expert Talk ‘Dampak Kurban Terhadap Peningkatan Ekonomi Masyarakat’ yang diselenggarakan oleh Akademizi, Rabu (14/6/2023).
Kata Endang, potensi ekonomi kurban pada tahun 2022 Rp31,6 triliun, berasal dari 2,61 juta shohibul kurban dan sekitar 2,1 juta hewan kurban yang disembelih yang terdiri atas 1,6 juta ekor domba/kambing dan 521 ribu ekor sapi. Manfaat kurban tersebut dirasakan oleh 11,8 juta rumah tangga dengan asumsi pembagian daging hewan kurban 1,5 kg/rumah tangga.
Berdasarkan hasil perhitungan Forescasting tahun 2019 dari Majalah ilmiah Solusi Fakultas Ekonomi Universitas Semarang, pada Januari 2020 proyeksi kebutuhan daging 2019-2030 gap-nya sangat tinggi. “Diproyeksikan permintaan daging masih tinggi. Artinya terdapat peluang yang potensial dalam bingkai pemberdayaan hewan kurban.
Endang juga menegaskan, orientasi pemberdayaan kurban harus dijadikan indikator oleh lembaga zakat dan Baznas. Pertama, peningkatan ketahanan ekonomi nasional. Contoh, di Solo Raya kambing menjadi daging favorit untuk diolah menjadi tengkleng, sate maupun masakan lainnya. “Ini menjadi potensi peluang bisnis. Ketahanan pangan terkait daging akan kokoh,” papar Endang.
Kedua, implementasi peluang bisns kurban bagaimana mustahik menjadi muzaki. “Model ini yang akan dikembangkan menjadi prototipe. Setiap lembaga zakat punya style berbeda,” ungkapnya.
Kata Endang, ketiga, pemenuhan gizi masyarakat (dhuafa). Misal kasus stunting isu di Depok, Jawa Barat. Saat ini kemiskinan di Depok sangat kecil.
Keempat, momentum meningkatkan konektivitas antara desa dan kota di Indonesia.
Kelima, pemerataan konsumsi daging masyarakat. Di Papua orang kurban sedikit, harga sapi lebih murah dibandingkan di Jawa. Baznas berupaya membantu masyarakat Papua.
Keenam, pendistribusian kepada masyarakat yang membutuhkan khususnya di tiga T (tertinggal, terluar dan terdepan) dengan tiga aman (aman syari’i, aman regulasi dan aman NKRI). “Jangan sampai promosi hewan kurban tidak sesuai dengan kenyataan misalnya tidak sesuai berat, maupun umurnya. Akhirnya lembaga tidak berkah dan bangkrut,” paparnya.
Associate Expert Forum Zakat Sigit Iko Sugondo mengatakan, implementasi pemberdayaan kurban saat momentum penjualan hewan kurban. “Peternak tradisional bisa menaikkan nilai ekonomi,” paparnya.
Sebagian hewan kurban berasal dari dari peternak tradisional, meskipun di daerah Tapal Kuda Banyuwangi, Bondowoso, Jember, Lumajang, Pasurun, Situbondo dan Probolinggo sudah tertata dan menggunakan teknologi. Namun mayoritas penjual kurban masih menggunakan cara tradisional.
“Integrasi tata kelola hewan kurban yang baik termasuk pendampingan peternak tradisional,” paparnya.
Kata Sigit, tantangan peternak tradisional belum memiliki bibit hewan kurban berkualitas.
Selain itu, ia mengatakan, budidaya domba semi intensif dengan sistem pengembalaan terkontrol yaitu fokus pada pembibitan dan penggemukan domba dengan sistem semi intensif. “Semi intensif merupakan program penggabungan sistem budidaya penggembalaan terkontrol dengan pemberian konsentrat tambahan,” ungkapnya.
Kata Sigit, kegiatan pembibitan hewan kurban secara lengkap diakukan melalui: kegiatan seleksi bibit unggul, pembibitan melalui proses penggembalaan terkontrol dan kawin indukan secara alamiah.
“Domba yang bunting akan dimasukan dalam kandang dan apabila bersalin anakan domba mendapatkan penyusunan langsung,” tegasnya.
Ketua LP3H As Salaam Jayapura, Muhammad Huri mengatakan, kurban harus menjangkau kantong-kantong kemiskinan dan meningkatkan kesejaahteraan di masyarakat.
“Kurban memiliki manajemen baik meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan keluarga,” papar Huri.
Kata Huri, pengemasan daging kurban secara inovatif meningkatkan taraf hidup masyarakat terlebih lagi ada peraturan pemerintah larangan menggunakan plastik yang tidak bisa diurai. “Kami di Jayapura menggunakan besek untuk membungkus daging kurban. Masyarakat bisa membuat besek, ini meningkatkan taraf ekonomi dan kesejahteraan masyarakat,” tegasnya.
Daging kurban dalam bentuk olahan seperti kornet, kata Huri bisa meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. “Daging kurban bentuk olahan juga bisa menjangkau daerah terpencil dan kesusahan,” pungkas Huri.