Capres Hulahop Taipan

Oleh: Sutoyo Abadi (Koordinator Kajian Politik Merah Putih)

Hulahop atau lenggang rotan adalah sebuah permainan yang menggunakan gelang berukuran besar untuk diputar di bagian perut, pinggul atau leher.

Capres hulahop adalah capres yang diputar di perut, pinggul dan leher Taipan. Capres ini tidak aka bisa keluar dari sumbu permainan.

Ketika Taipan tidak berkepentingan dengan kualitas, etika, moral seorang capres. Menjadi tidak penting soal kapasitas, kapabilitas atau kepribadian yang memiliki standar keharusan dimiliki seorang capres.

Taipan akan menyihir Capresnya, cukuplah memiliki kesadaran dan kemauan untuk dikendalikan. Ditanam dalam otaknya hanya sebagai simbol untuk menang dan menang, selebihnya mengikuti panduan pemilik hulahop.

Skenario bandar hulahop Oligarki adalah permainan perebutan kekuasaan urusannya hanya menang dan kalah, tidak ada urusan, hukum, etika / moral , kearifan dan kebenaran.

Untuk menang adalah segalanya harus diraih dengan segala cara apapun. Fatsun mereka “pemenang bisa mengubah yang salah menjadi benar. Pemenangan akan mengatur dan mengendalikan yang kalah”

Ketika strategi kemenangan ada ancaman maka Taipan akan mengancam kalau perlu dilakukan pembunuhan terhadap lawan politiknya.

Ketika ancaman pembunuhan saja sudah tidak patut dipandang sebelah mata, keji dan biadab, di perparah jika ancaman itu diekspresikan dalam bentuk hate crime (karena kebencian atau kejahatan kebencian).

Watak politik mereka dikenal sebagai kejahatan bermotifkan bias, karena memburu asal menang dan harus menang, dengan cara apapun .

Kalau ada Presiden mengancam Capres yang bukan pilihannya hanya karena bermotif prasangka, dipastikan Presiden tersebut dalam kondisi tidak normal. Dia presiden yang sedang terganggu psikis, kering kerontang dari jiwa seorang negarawan.

Dalam situasi hate crime, para korban tidak sebatas direct victim (korbannya langsung), tetapi bahkan mencakup vicarious victims (korban pengganti) adalah masyarakat .

Bagaimana logikanya kalau hanya karena ketakutan muncul capres yang berpotensi di luar kendalinya, dalam benak pikirannya penuh prasangka akan membahayakan dirinya, maka harus habisi.

Bisa terjadi mereka tidak menyadari atau bahkan tidak peduli bahwa sasaran bias korbannya bukan Capres lawan politiknya yang harus dimatikan, rakyat bahkan negara akan menjadi korban.

Tergambar denga sangat jelas ini akibat reaksi psikis seorang Presiden dengan direct victim. Itu sangat mudah diketahui akibat ganggu psikis ketakutan akibat macam macam masalah termasuk adanya gambaran resiko hukum yang akan menimpanya paska lengser dari jabatannya.

Sibuk luar biasa, istana menjadi posko pemenangan Pilpres 2024, menyusun kekuatan perlawanan kumpulkan para Ketua Umum partai untuk bersama sama menghadang Capres Prabowo Subianto dan Capres Anies Baswedan jangan sampai menjadi Cawapres 2024.

Reaksi mereka sudah minus akal sehat, psikisnya terus terguncang. Hebatnya di permak dengan bahasa politik abal abal : “ini untuk menjaga kelangsungan pembangunan kedepan”, semua hanya tipuan belaka.

Prof Din Syamsudin mengingatkan : “harus ada prakondisi untuk mengatasi 5 masalah besar di negara ini bukan hanya soal capres, yaitu tentang : korupsi yang meraja lela, sinyal kebangkitan PKI, utang negara yang sudah ada level membahayakan, jualan aset negara dan rezim yang terus menerus mengkriminalisasi umat Islam”.

“Lima masalah besar tersebut harus diselesaikan dan rakyat mutlak harus terus menerus di beri pencerahan dan harus bergerak, jangan sampai pada Pilpres 2024 justru muncul kembali Presiden hulahop atau Presiden boneka yang lebih buruk”

Simak berita dan artikel lainnya di Google News