Ganjar Bisa Jadi Kuburan Buat PDIP

Oleh: Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)

Jika dinamika politik sehat, Ganjar diprediksi akan layu sebelum terkembang.

Walaupun lembaga-lembaga survei “pelacur” (istilah Antoni Budiawan) selalu menempatkan Ganjar di urutan teratas, tapi fakta dan realita di lapangan adalah kebalikannya. Jika saja Litbang Kompas masih konsisten dengan hasil surveinya pada bulan Oktober 2022 di mana pemilih partai pendukung Jokowi tinggal 15,1 %, sebenarnya itu yang mendekati realita, hampir sama seperti yang dilaporkan oleh Google trend.

Telah terjadi eksodus besar-besaran bukan saja dari para relawan dan pendukung PDIP kepada Anies, tapi juga dari para pendukung dan relawan Ganjar. Mereka sudah banyak yang beralih dukungan kepada Anies dengan berbagai alasan. Ganjar dianggap tidak layak memimpin Indonesia.

Jawa Tengah yang dulu dikenal sebagai kandang Banteng, sekarang sudah bukan lagi, karena sudah banyak yang beralih dukungan, yaitu sebagai pendukung Anies. Demikian juga Jawa Timur sebagai basis NU kultural yang dulu mendukung PKB, PDIP, dan P3 sekarang sudah banyak mendukung Anies. Sehingga PDIP di dua propinsi itu sekarang tidak lagi mayoritas.

Ada beberapa alasan mengapa Ganjar sudah mulai “tidak laku” dijual, apalagi menjadi magne bagi pemilih pemula dan pendukung partai lain.

Pertama, Di Jawa Tengah sendiri Ganjar dianggap telah mengecewakan warganya sendiri karena dianggap kurang peduli kepada problematika mereka.

Baca juga:  Ganjar Siap Buka Dialog soal Wadas, Tanggapi Teguran Ketum PBNU

Paling tidak ada tiga problem yang rakyat Jawa Tengah sulit untuk memaafkan Ganjar :
1. Kasus Wadas
2. Banjir yang tiada solusi
3. Jalan-jalan rusak

Kedua, Ganjar di PDIP hanya didukung oleh sebagian faksi saja, sebagiannya tetap dukung Puan.

Orang seperti Bambang Pacul, Trimedia Panjaitan, Masinton Pasaribu, dll adalah pendukung Puan dan kerap mengkritik Ganjar. Ditengarai di dalam PDIP sendiri dukungan terbelah, sebagian ke Ganjar dan sebagian lagi tidak mau ke Ganjar

Ketiga, Ganjar telah mengecewakan banyak relawannya sendiri karena dianggap visi misinya tidak jelas.

Apa yang digagas oleh Ganjar sering tidak sesuai dengan realita di wilayahnya sendiri, seperti soal kesejahteraan, pemerintah yang bersih, menjadikan Indonesia negara adi daya, dll cuma omdo. Di antara relawan yang kritis adalah Jokman pimpinan Immanuel Ebenezer.

Keempat, Ganjar dianggap plin plan dalam mendukung Jokowi.

Terutama ketika menyatakan penolakan terhadap Timnas Israel, yang bertentangan dengan sikap Jokowi. Atas sikapnya ini, Ganjar dihujat habis-habisan termasuk oleh para buzzer.

Kelima, Ganjar dianggap tidak memiliki kriteria seorang Pemimpin yang mumpuni seperti Anies.

Dengan prestasi yang sangat minim, lebih suka muncul di medsos dianggap hanya pemimpin pencitraan. Bahkan Ebenezer menyebutnya Ganjar cocoknya untuk Presiden youtube.

Keenam, Dengan statusnya hanya sebagai petugas partai (PDIP), maka Ganjar tidak akan lebih baik dari Jokowi yang juga petugas partai, bahkan malah bisa lebih buruk.

Baca juga:  Ganjar-Mahfud Naik Eks Mobil Dinas Sukarno Mogok ke KPU, Praktisi Spiritual: Tanda Alam Kekalahan

Banyak relawan Ganjar yang kecewa dengan status ini, karena lagi-lagi rakyat akan ditelantarkan. Ditambah lagi, Ganjar sebagai boneka oligarki taipan, tidak mungkin melakukan perubahan dan perbaikan.

Ketujuh, Ganjar dianggap moralnya sudah cacat dengan kebiasaan nonton video porno dari kecil.

Menurut pakar psikologi, kebiasaan menonton video porno bisa merusak daya ingat. Sebagai seorang pemimpin tentu tidak pantas ditiru. Sehingga orang Islam yang saleh pasti tidak mau pilih Ganjar.

Kedelapan, Ganjar masih terrsangkut dengan kasus korupsi E-KTP yang dihentikan karena adanya tekanan dari pihak tertentu

Kasus ini sewaktu-waktu bisa dibuka kembali. Artinya, Ganjar berpotensi menyuburkan korupsi lagi seperti di era Jokowi.

Dengan berbagai citra negatif tentang Ganjar, dengan dicapreskannya Ganjar oleh PDIP diprediksi suara PDIP bukannya naik, tapi malah turun. Jadi sebenarnya Ganjar itu kuburan bagi PDIP, dan jika Pemilu jujur dipastikan Ganjar dan PDIP akan nyungseb.

Sayangnya dinamiks politik di Indonesia (dibuat) tidak sehat, sehingga kadang yang jahat merajalela, yang jujur masuk penjara.

Harus segera ada perubahan radikal (signifikan)

Bandung, 8 Syawwal 1444