Ganjar Pranowo, Api Dalam Sekam

Oleh: Sutoyo Abadi (Koordinator Kajian Politik Merah Putih)

Dengan UUD 2002 sesungguhnya Indonesia telah sempurna mewisuda dan mengukuhkan diri sebagai negara kapitalis. Uang merupakan perangkat keras kekuasan yang terbangun, menguasai dan mengendalikan semua pranata kehidupan skenario politik dan ekonomi negara.

Jangan  berharap masih tersisa, bersemayam dan tersimpan, etika dan moral dalam kehidupan be berbangsa dan bernegara saat ini. Kedua nilai itu telah lama dipaksa di usir pergi bersama Pancasila. Di jaga dan ditutup pintunya untuk kembali dengan kunci maut 95 % pasal UUD 45 telah diubah menjadi UUD 2002.

Demokrasi, kekuasaan, dan uang merupakan siklus yang tandem dan solid di dalam mengokohkan kapitalisme semakin tertancap kuat.

Sulit dibantah sedang mewarnai wacana penetapan capres menyongsong Pilpres mendatang.

Muncul sudah Koalisi Perubahan, Koalisi Indonesia Bersatu dan Koalisi Indonesia Raya. Sayang Koalisi Indonesia Raya ahirnya pecah.

PPP dan PAN masih ada peluang eksis kalau dengan rendah hati minta maaf kepada umat Islam, dari khilafnya selama ini tidak memposisikan sebagai partai islam dan pusat saluran aspirasi politik umat Islam, tetapi bergeser menjadi pelayan politik taipan.

Koalisi dengan siapapun adalah sah, hanya kalau tetap nekad bergabung dengan PDIP kedua partai tersebut akan mengukuhkan diri sebagai partai nasionalis berbau kapitalis, berpeluang besar akan ditinggalkan oleh konstituennya, ahirnya terpental dari senayan.

Membela diri ketika petaka sudah datang adalah sia sia.

Mega mendeklarasikan dan memposisikan Ganjar Pranowo menjadi Capres, indikasi kuat adalah bentuk lain seperti film perebutan sumber cuan para Taipan.

Analisa Rocky Gerung logis : “Ada dua Ganjar, yakni Ganjar yang sedang dipromosikan Mega, dan Ganjar yang tetap ingin ditempeli oleh Jokowi. Hal ini terjadi karena sesungguhnya ada persoalan amplop, apakah Ganjar akan ditempeli amplop Sandi atau amplop dari Erick Thohir”

Bandar politik sebenarnya ingin Ganjar dalam kendali Jokowi bukan dalam remot Megawati. Muatan politik transaksional nya akan lebih besar kalau dikendalikan Megawati.

“Kalau memang Ganjar diasuh oleh Jokowi oligarki sudah tahu berapa yang harus keluar, tapi kalau diasuh oleh PDIP akan ada dua faksi yang akan meras dengan caranya masing-masing,” kata Rocky lebih lanjut

Oligarki yang berposisi sebagai bandar politik ada dalam  kesulitan :

–  Ganjar akan berada dalam pengaruh dan kendali Megawati atau Jokowi, masing masing-masing beresiko belanja yang berbeda.
– Elektabilitas Ganjar semakin melemah, akan sulit direkayasa untuk mampu menandingi kekuatan Aneis Baswedan dan Prabowo Subianto.
– Rekayasa survey sudah terbongkar boroknya
– KPU dalam pengawasan ketat aktifis IT oposisi .
– Ganjar berpotensi akan menjadi musuh bersama kader PDIP yang jauh lebih berkualitas dan militan di bandingkan Ganjar Pranowo.

Realitas politik akan membuktikan ketika Ganjar Pranowo saat mengumpulkan masa akan tenggelam dengan masa berbasis ghiroh emosi religi dengan Anies Baswedan.

Bandit atau sponsor politik sangat memahami tidak mungkin akan bunuh diri, membayari masa ( masa bayaran ) untuk datang pada kampanye awal atau resmi waktu kampanye telah tiba, berupa  chek  kosong.

Konsolidasi kekuatan Oligarki jauh lebih canggih, teliti dan terukur, karena realitas dalam pertarungan politik di Indonesia oligarki tidak ada kamus  akan kalah. Sangat cepat beradaptasi dengan realitas politik yang akan terjadi

Oposisi  dari dalam PDIP  terhadap Ganjar bisa semakin besar dan mengkristal karena bagi PDIP Ganjar itu dianggap faktor yang akan merusak trah Sukarno.  Keputusan mendeklarasikan Ganjar Pranowo bisa berubah menjadi keputusan yang konyol.

Puan harus menerima kenyataan ini sepertinya tetap menahan dan  menyimpan dendam kepada Ganjar Pranowo. Sebagai rival yang membahayakan dirinya.

Bahaya lanjut adalah indikasi kuat Jokowi  akan menguasai PDIP. Kalau sampai ini terjadi Jokowi akan membawa faksi faksinya di pastikan menjelma menjadi kekuatan yang bisa merusak PDIP karena hanya sebagai tempat berlindung diri dari segala bahaya hukum yang akan menerkam dirinya.

Jakowi – Ganjar Pranowo dan Erick Thohir tidak akan bisa menjelma menjadi trah Sukarno, sebagai tameng dan kebanggaan PDIP. Tetap akan menjadi duri dalam sekam PDIP. Seandainya logika politik ini akan menjadi kenyataan sama saja penunjukkan Ganjar Pranowo oleh Megawati adalah peluit awal PDIP akan runtuh dari dalam.

“Jalan merunduk memberi hormat”
“Tanpa kata hanya terdiam”
“Awal pura pura taat”
“Tiba saatnya akan menerkam”

Analisa ini semoga hanya analisa liar dan  salah, bahwa “Ganjar Pranowo  api dalam sekam ditubuh PDIP”.  Koalisi Perubahan tetap utuh, Koalisi Indonesia Bersatu segera mendeklarasikan capresnya.  Pilpres 2024 berjalan normal dengan kualitas “langsung umum bebas, jujur dan adil”.