Sudah Bikin Koalisi Besar tapi Kok Tetap Membegal

Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)

Moeldoko sama sekali tidak mencerminkan seorang prajurit, apalagi seorang jenderal. Lebih tepat sebagai seorang pecundang yang tega menusuk dari belakang mantan atasannya sendiri yang telah berjasa mengangkat dirinya menjadi Panglima TNI. Tanpa jasa SBY mungkin Moeldoko belum tentu bisa menduduki jabatan tertinggi di TNI.

9 tahun Indonesia porak piranda dihancurkan oleh oligarki taipan melalui tangan-tangan pengkhianat bangsa. Apakah para pengkhianat ini akan melanjutkan penghancurannya terhadap negerinya sendiri. Kenapa mereka beramai-ramai mau terus menjadi budak China dan menghancurkan negara dan bangsanya sendiri.?Mau sampai kapan mereka dikendalikan oleh iblis taipan?

Tidak bisakah mereka menghargai jasa para pahlawan nasional yang telah berjuang dan berkorban menumpahkan darah dan mengorbankan nyawa demi kemerdekaan, kedaulatan, kemandirian, kemajuan, dan kesejahteraan rakyat Indonesia? Mengapa semua pengorbanan para pahlawan dengan seenaknya diinjak-injak dan dirobek-robek oleh kaki dan tangan mereka hanya demi melampiaskan syahwat duniawi dan jabatan ?

Baca juga:  Metode Mencari Sosok Pemimpin di Wilayah Nyi Ageng Serang (Catatan Pilkades)

Mengapa para Ketum Parpol yang punya gelar dan pangkat tinggi mau saja diobok-obok oleh orang yang mau menghancurkan negeri ini ? Di mana jiwa korsa dan ksatria sebagai seorang prajurit ?

Apa gunanya bikin koalisi besar kalau masih ketakutan menghadapi Anies ? Bukankah Gerindra, Golkar, dan PKB itu partai besar ? Kenapa istana masih harus melakukan tindakan tidak terpuji dan memalukan ? Mengapa KPK memaksakan diri terus mencari-cari kesalahan Anies, sementara yang sudah jelas-jelas bersalah (koruptor besar) dibiarkan ? Mau dibawa ke mana KPK ? Apakah KPK mau dihancurkan ?

Kenapa Moeldoko sebegitu jahatnya demi menjatuhkan Anies ? Apakah di TNI Moeldoko tidak dididik agama, moralitas, dan kejujuran ?
Sebagai seorang yang punya jabatan tinggi sebagai Kepala Staf Kepresidenan, kenapa masih bermain politik busuk ?

Moeldoko itu bukan orang Demokrat, hanya berbaju Demokrat, tapi demi ambisinya sengaja menghimpun para barisan sakit hati dan orang-orang yang sudah keluar atau dipecat resmi oleh Demokrat. Mereka sudah bukan orang Demokrat lagi. Lho kok mau mengambil alih Partai Demokrat yang telah didirikan dan diperjuangkan oleh atasannya dan orang yang telah banyak berjasa kepada dirinya ? Otak dan hati macam apa yang dimiliki Moeldoko ?

Baca juga:  Ambisi Jokowi "Mengkudeta" Ketum Golkar?

Sungguh ini sebuah dagelan politik jahat yang memuakkan. Masih adakah pejabat, penegak hukum, dan pemimpin negeri ini yang akalnya masih waras ? Bukankah mereka semua digaji oleh rakyat ? Kenapa malah mengkhianati rakyat ?

Bertarunglah secara jantan, sportif dan ksatria. Jangan main curang dengan begal-membegal dan mempermainkan hukum, hukum hanya dijadikan sebagai alat kekuasaan untuk menggebuk para oposisi dan orang yang mengkritik Rezim.

Apakah sebegitu menakutkannya seorang Anies Baswedan sampai-sampai Jokowi mengorkestrasi kelicikan yang terstruktur, sistematis dan masif ?

Sungguh memalukan

Bandung, 18 Ramadhan 1444

Sholihin MS