Dianggap Bisa Amankan Keluarganya, Pemerhati Sosial dan Politik: Jokowi Ngotot Ganjar Capres

Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersikeras Ganjar Pranowo menjadi calon presiden (capres) karena Gubernur Jateng itu bisa mengamankan kepentingan keluarga orang nomor satu di Indonesia itu.

“Jokowi sangat ngotot untuk tetap mencalonkan Ganjar. Dapat dimaklumi, karena hanya Ganjarlah orang yang bisa “mengamankan” (kepentingan) Jokowi dan keluarganya,” kata Pemerhati Sosial dan Politik Sholihin MS kepada redaksi www.suaranasional.com, Selasa (21/3/2023).

Kata Sholihin, Ganjar sendiri lebih banyak minusnya daripada prestasinya. Jika saja pemilihan bacapres/bacawapares menggunakan kriteria yang normal, dipastikan Ganjar tidak bakal lolos.

“Tapi bagi oligarki taipan, syarat calon tidak penting. Yang penting calon itu : mau disuap, mau dikendalikan, mau diajak berbuat jahat dan melanggar hukum, mau mengistimewakan oligarki taipan dan China komunis, dll. Biarpan orang itu sangat dungu dan gila sekalipun, tidak masalah. Justru yang tidak diterima adalah orang yang cerdas dan jujur,” paparnya.

Kata Sholihin, kegigihan Jokowi untuk tetap mencalonkan Ganjar, terlihat dari upaya-upaya berikut. Pertama, Mengendalikan dan mengandalkan hasil survei dari lembaga-lembaga survey (pesanan) istana.

“Hasil survey dari berbagai lembaga survey (pesanan) memang selalu menempatkan Ganjar di posisi teratas, tapi itu kan hasil dari utak-atik data karena dibayar oligarki taipan. Kalau melihat hasil survey yang benar adalah yang dilaporkan oleh Dr. Syahganda Nainggolan yang merilis dari google trend.

“Rilis dari Google Trends menempatkan Anies di posisi teratas, jauh meninggalkan Prabowo dan Ganjar. Bahkan perolehan suara Ganjar tidak mencapai setengahnya suara Anies. Jumlah responden yang ditanya lebih dari 150 juta pemilih. Ini berbeda dari responden lembaga-lembaga survey bayaran, di mana samplingnya hanya 1200 dan tingkat randomisasi juga dipertanyakan,” paparnya.

Adapun lembaga-lembaga Survey seperti Litbang Kompas, SMRC, Poltracking, LSI, Indikator, Indo Barometer, Charta Politica, dll adalah lembaga survei pesanan (pelacur), sehingga tidak pernah obyektif. Dan ternyata lembaga-lembaga survei itulah yang dipakai oleh istana

Kedua, Mencoba menekan Megawati untuk mengizinkan Ganjar nyapres atau minimal nyawapres. Sepertinya Jokowi, Luhut, dan oligarki taipan tidak bakal menyerah dengan tidak dicapreskannya Ganjar oleh PDIP. Selain telah berkali-kali membujuk Megawati untuk mencapreskan Ganjar, juga Istana menyodorkan hasil survei (pesanan istana) tentang tingginya elektabilitas Ganjar.

“Yang terakhir kemarin mengundang Megawati untuk hadir di Peringatan 9 Tahun UU Desa di GBK. Akankah Megawati luluh ? Sepertinya Megawati tidak akan menjilat ludah sendiri,” paparnya.

Jika Ganjar sebagai capres dari PDIP sepertinya tidak mungkin, mengingat PDIP akan tetap mencalonkan Puan Maharani untuk menjaga trach Soekarno. Jika Ganjar diizinkan nyapres, trach Soekarno bisa lenyap, karena akan kehilangan kendali atas PDIP. Apalagi yang namanya Jokowi dan Ganjar dinilainya sangat pragmatis dan mudah berkhianat. Oleh karena itu, peluang Ganjar untuk maju sebagai capres sudah tertutup.

Peluang yang mungkin bagi Ganjar adalah sebagai *cawapres*. Jika Megawati mengizinkan Ganjar sebagai cawapres, kemungkinan besar akan berpasangan dengan Prabowo. Itu pun jika Megawati mengizinkan Ganjar.

“Oleh karena PDIP juga mencalonkan Puan, maka untuk mendapatkan persyaratan PT 20%, partai mana saja yang akan berkoalisi dengan Gerindra ? Gerindra sendiri baru memiliki 12%. Kemungkinan Gerindra akan berkoalisi dengan partai-partai dari KIB. Itu sangat mungkin terjadi, karena KIB sampai saat ini secara formal masih dalam kendali istana. Walaupun, para kader dan grassroot ketiga partai itu sudah mendukung Anies. Jadi secara fakta KIB membawa gerbong kosong,” pungkasnya.