Sabda Alam dari Gunung Pekik

Oleh: Sutoyo Abadi (Koordinator Kajian Politik Merah Putih)

Sabda alam dari Gunung Pekik terdengar dengan jelas dan sangat terang benderang

“Bersikap sombong kepada orang yang sombong adalah sedekah, karena jika kita bersikap tawadhu di hadapan orang sombong maka itu akan menyebabkan dirinya terus-menerus berada dalam kesesatan. Namun, jika kita bersikap sombong maka ia akan sadar” (Kata Syekh Al Khadimi)

Ketika alat keamanan telah dipermak menjadi super body sebagai hammer memukul siapapun yang beroposisi atau melawan penguasa, adalah sebuah kesombongan.

Mencurigai dan mengawasi siapapun yang tidak sejalan dengan keinginan nafsu penguasa, pasti akan terjadi perlawan balik dari rakyat semesta

Tugas negara dan penguasa semestinya mencerahkan mental merdeka, mandiri, modern dan bermartabat. konstitusional yang anti kolonial, menghancurkan warisan oligarkis, kleptokratis, kartelis, fundamentalis, fasis dan predatoris.

Yang terjadi Justru mengawasi mencurigai, menekan dan mengancam rakyat dan umat yang tidak mau menjadi boneka dan budak oligarki atau neo kolonialisme baru.

Ngawurisme, nekadisme sang penguasa ini sudah melampaui batas batas dan rambu rambu keadaban manusia dan keseimbangan natur alam semesta.

Akibatnya rakyat seperti gabah den interi, akibat tirani penguasa yang sudah membabi buta.

Umat Islam selema ini telah dihantam dengan rudal radikakisme, khilafah, intoleran diadu satu sama lain bahkan saat ini akan diadu dengan umat lainnya dengan senjata mortir politik identitas.

Kondisi ini terus berlangsung melahirkan keprihatinan para leluhur pendiri bangsa yang sesungguhnya sebagian dari mereka ahli tasawuf dan sebagian dari mereka telah pada makom ma’rifat, yang telah melahirkan Pancasila.

Terdengar dengan jelas kepedihan para leluhur sudah sampai ada kemarahan. Ketika melihat rakyat kecil ditindas, ditekan harus masuk alam jahiliah ala Oligarki.

Percaya atau tidak semua atas kehendak Tuhan yang Maha Kuasa, para leluhur sudah merapikan barisan untuk bertindak ketika perlawan fisik rakyat kepada penguasa makin melemah tak berdaya.

Situasi seperti ini hanya bisa diatasi bukan hanya dengan people power atau Revolusi, bahkan akan terjadi ludro. Huru hara besar untuk mengembalikan negara kembali normal.

Tanpa perang manusia akan terperangkap dalam kenyamanan dan kekayaan, karena kehilangan kapasitas untuk pemikiran dan perasaan besar, mereka menjadi sinis dan merosot menjadi barbar.