Pernyataan Kepala Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Benny Rhamdani yang ingin bertempur ke lawan politik Presiden Joko Widodo (Jokowi) sangat berbahaya bagi posisi mantan Wali Kota Solo itu dan bangsa Indonesia. Pernyataan Bhenny lebih berbahaya dari Immanuel Ebenezer (Noel) yang memberikan pembelaan terhadap Munarman.
“Kasus Benny lebih parah dari Noel yang dicopot dari komisaris PT Mega Eltra,” kata pensehat Repdem Beathor Suryadi kepada redaksi www.suaranasional.com, Senin (28/11/2022). “Saat itu Benny juga ikut mendesak agar Noel di copot karena membela Munarman yang mereka sebut Kadrun,” paparnya.
Saat membela Munarman, kata Beathor, Noel ingin mempersatukan Kapret dan Kadrun karena Pilpres 2019 sudah selesai. “Noel itu niatnya ingin mempersatukan istilah Kadrun dan Kampret karena Pilpres sudah selesai dan meyakinkan bahwa Munarman orang baik, bukan teroris,” ungkap Beathor.
Beathor melihat Benny bisa dicopot dari Kepala BP2MI atas desakan para relawan. “Akankah Benny atas desakan relawan ikut dicopot dari Kepala Badan BP2MI?” tanya Beathor.
Benny menyebut video yang beredar tak memperlihatkan keseluruhan pembicaraan secara utuh. Ia mengatakan potongan video diambil di sela acara relawan Nusantara Bersatu di Gelora Bung Karno (GBK). Acara di GBK berlangsung Sabtu (26/11). Dia mengatakan percakapan dirinya dengan Presiden Jokowi tak dilakukan secara tertutup.
“Jadi itu bukan acara tertutup tapi saya yakin video itu adalah video yang tidak utuh, kalau utuh kan seharusnya keseluruhan dong, dari mulai pertama sampai selesai kurang lebih 40 menit. Harusnya, dimuat secara utuh dan yang menyampaikan aspirasi, pandangan masalah, saran, usul, kepada presiden kan tidak hanya saya,” kata Benny di Kompleks Parlemen, Senayan, Senin (28/11/2022).
Benny menyebut di pemerintahan Jokowi mungkin ada hal yang kurang. Namun, kata dia, masih ada tindakan yang terlewatkan sehingga berujung pada serangan.
“Yang kita soroti dalam perjalanan kebangsaan ini, ini sudah bukan kritik, lihat cara-cara yang mereka lakukan selama ini upaya untuk mendelegitimasi, menjatuhkan pemerintahan. Selalu dengan pola yang sama penyebaran kebencian, fitnah, adu domba antarsuku dan agama, berita-berita hoax bahkan penghinaan dan pencemaran terhadap simbol-simbol negara, presiden, ibu negara,” kata Benny.