Pemerhati Sosial & Politik: Jokowi Memalukan, tak Punya Relawan dengan Menipu Orang-orang Bayaran

Orang-orang bayaran yang hadir di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) menunjukkan Joko Widodo (Jokowi) tidak mempunyai relawan dan tindakan ini sangat memalukan.

“Kasihan Jokowi, sudah tidak punya relawan yang memadai, malah menipu ribuan para orang-orang bayaran, termasuk dari kalangan pendidik TPA/TPA. Bahkan ada laporan kalau bayarannya tidak sesuai yang dijanjikan. Yang namanya tukang tipu, di mana pun kerjanya ya nipu,” kata pemerhati sosial dan politik Sholihin MS kepada redaksi www.suaranasional.com, Senin (28/11/2022).

Sebagai seorang Presiden, menurut Sholihin, seharusnya tidak boleh menggerakkan masa untuk kepentingan pribadi, apalagi jika dana itu bukan dana pribadi. Presiden itu terikat dengan kepentingan negara dan seluruh rakyat Indonesia, bukan presiden relawan.

Selama ini Jokowi digaji negara yang sumbernya dari rakyat atau tanah negara, tapi yang diurusin cuma kepentingan pribadi dan para relawannya.

“Apalagi Jokowi yang harusnya netral, malah mengkampanyekan si rambut putih/uban (Ganjar ?) dan menyindir muka halus dan kerling (Anies?). Apa urusannya Jokowi dengan semua itu. Akhirnya pernyataan Jokowi menjadi bahan olok-olok masyarakat,” papar Sholihin.

Sholihin mengatakan, para “penyembah” Jokowi karena sudah diberi “sesuatu” dari awalnya sehingga menjadi kebiasaan sampai “mengkultuskan” (seperti kepada raja), seolah tidak peduli bahwa orang yang disembah mau membawanya ke jurang (kehinaan).

“Mereka tidak ada bedanya dengan kaum musyrikin penyembah berhala di zaman dulu. Berhala itu sebenarnya tidak bisa apa-apa tapi karena sudah tersesat, mereka terus saja menyembahnya,” jelas Sholihin.

Kata Sholihin, motif para “penyembah” Jokowi tentunya macam-macam, seperti : karena uang, jabatan, kekuasaan, popularitas, atau takut akan ancaman penguasa. “Kalau kaum musyrikin jahiliyyah dulu menyembah berhala karena kebodohan dan kesombongan, apakah para “penyembah” Jokowi juga memiliki karakter yang sama?” tanya Sholihin.

Sholihin melihat Jokowi mengalami post power sydrome jika tidak berkuasa lagi sehingga ingin menjadi king makers dalam perpolitikan di Indonesia dengan memanfaatkan para relawan.

“Apakah Jokowi mengalami power syndrome (sindrom kekuasaan) ? Adakah para psikolog yang bisa menganalisa kejiwaan Jokowi ? Manusia macam apakah Jokowi itu, manusia yang telah kehilangan moral, etika, rasa malu, rasa bersalah, dan tidak merasa punya dosa?” pungkas Sholihin.