Pengamat Sosial: Krisis Moral di Polri, Mungkin Banyak Belajar ke China yang tak Mengenal Etika dan Haram

Ada kemungkinan anggota polisi yang belajar di China menjadi penyebab krisis moral di korps berbaju coklat.

“Banyak kasus terjadi akibat adanya krisis moral di Polri, mungkin akibat banyak belajar ke China yg tidak mengenal etika dan haram,” kata pengamat sosial Memet Hakim kepada redaksi www.suaranasional.com, Sabtu (8/10/2022).

Menurut Memet, pola pikir dan doktrin yang dianut setelah sekolah ke Cina, dan negara-negara Islamphobia menyebabkan lahirnya pikiran teroris berasal dari pesantren, dari organisasi radikal, maksudnya hanya umat Islam yang harus diperangi.

“Pola pikir sesat ini masih terus digunakan sampai sekarang. Paling tidak pernah juga tercetus dari Ketua BNPT tempo hari. Tentu ini salah kaprah dan membuat umat Islam yang tidak berdaya hanya berdoa dan membuat Kepolisian semakin anti Islam,” paparnya.

Kata Memet, banyak juga kasus di Kepolisian yg tidak terungkap atau tidak diungkap sejak dipimpin oleh ex Jendral polisi Tito Karnavian, seperti sekitar 700 orang petugas KPPS yang terbunuh dan tidak boleh divisum. “Ini dosa terbesar Tito Karnavian,” paparnya.

Krisis moral di kepolisian, kata Memet adanya seorang Polwan di Sulsel terpaksa berbicara di video karena hanya ingin berbuat benar dan baik.

“Ada polwan yang menjadi santapan atasannya, ada istri jendral yang main dengan sopirnya, ada polisi meniduri keluarga yang di tahan, ada juga polisi yang selingkuh dengan istri atau suami orang lain. Kabar-kabar seperti itu berseliweran di medsos,” jelasnya.

Permainan hukum yg dipertontonkan kepada masyarakat seperti kasus HRS, kasus HBS, kasus EM, Kasus FO, kasus AP, dll. Penahanan, pembantaian siswa, mahasiswa ikut demo dll yang semuanya aktivis dan ulama berseberangan pendapat dengan pemerintah.

“Kita juga mendengar beratnya siksaan yang dialami para tahanan, hanya untuk memperoleh pengakuan yg diinginkan oleh penyidik. Kasus kasus di atas dan lainnya sering kita baca di media,” tegasnya.

Tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang dimana katanya lebih dari 130 orang supporter tewas. Di Luar Negeri bahkan beritanya polisi membunuh supporter di Indonesia. Hasil survei Apib tentang polisi menyimpulkan pendapat bahwa polisi yang harus bertanggung jawab atas banyaknya yang tewas (92 %). Anehnya tidak seorangpun polisi yang merasa tanggung jawab, termasuk Ketua PSSI yang mantan polisi itu, sampai ada hampir 25.000 petisi supaya sang Ketua PSSI ex polisi ini mundur.

Dari video yg beredar pasukan polisi menyamakan dirinya sedang perang seperti di Gaza, seolah dirinya pasukan Israel dan yg ditembaki adalah orang Palestina. Video lainnya memperlihatkan penembakan ini dilakukan oleh pasukan dengan gembira.

“Polisi yang mengelak tanggung jawab merupakan cermin adanya krisis moral tersebut. Padahal jelas sekali yang menembaki gas air mata, sehingga suporter panik, adalah polisi itu sendiri,” pungkasnya.