Oleh: Sutoyo Abadi (Koordinator Kajian Politik Merah Putih)
Adalah kemutlakan sebuah bangsa dan negara memerlukan lebenstraum, untuk menjamin kelangsungan hidupnya.
Meminjam analisa Fredrich Ratzel – Rudolf Kjellen di kembangkan oleh Housfhoffer dalam bukunya “Macht and Erde”, bahwa negara sebagai organisasi hidup harus memiliki kekuatan (power) dan kemudian melahirkan “Power Concept”.
Naif sekali “Power Concept” ( Pancasila dan UUD 45 ) yang telah dipersiapkan oleh para pendiri negara (The Founding Fathers) yang diukir dengan darah, harta benda dan nyawa, di porak porandakan oleh penguasa boneka yang merasa lebih pandai pengelola negara .
Rezim ini seperti sudah terbius rasa, akal dan pikiran warasnya, atas kendali oligarki dan agresi China yang total sudah menguasai semua aspek kehidupan negara Nusantara ini
Dib sosial budaya : telah dihancurkan akses pendidikan dan kesehatan rakyat. Hukum telah di jebol, ditebas dirobohkan dan dimandulkan – kekuasaan adalah hukum.
Munculnya BRIN meluluh lantakan paradigma pengembangan IPTEK bagi kemajuan sebuah negara. Semua telah diambil alih para politisi untuk kepentingan kelompok, partai politik menuju kearah yang sesat .
Merapuhnya solidaritas sosial, akibat reformasi yang terlalu euforia terjebak kembali pada prilaku yang mengancam kebangsaan, politik aliran, identitas diri dan golongan. Menjadi bancakan lahan Cina, tinggal memoles dan sebagai amunisi memporak-porandakan bangsa ini.
Konflik SARA kembali di suburkan mengadu domba antar masyarakat dan rakyat . Setting lahirnya kebencian dan stigmatisasi macam macam bentuknya ( radikal – ektrimis dll ).
Kebijakan politik negara sudah dalam kendali oligarki dan China, semua sumber kekuasaan politik habis di borong dengan harga yang terjangkau oleh kolonial gaya baru.
Alat keamanan bukan lagi sebagai alat keamanan negara tetapi sudah menjadi alat kekuasaan. Bukan lagi melindungi rakyat tetapi menjadi pelindung Oligarki. Bahkan tidak segan segan benturan dengan rakyat terjadi dimana mana.
Banjir Khazanah yang pernah muncul Ani himor laling gabenai, iwiu main gereja ojo do pi rumai pifeteng. Fou mar himor natei Mesjid oho do pi rumai pifeteng ( lkalau ada hujan lebat tanah longsor dan banjir bandang, maka Gereja yang akan menjadi benteng penghalangnya. Kalau ada badai dan gelombang datang dari laut, Masjid yang akan menjadi benteng penghalangnya.
Yang terjadi justru gelombang jaman menggendong kepompong (berbondong bondong banjir TKA China datang dan didatangkan ke Nusantara) untuk menguasai Indonesia.
China sudah benar benar masuk dan leluasa merusak sendi kehidupan bangsa Indonesia. Tragis dan tragis sekali rezim ini tidak mengadang dan melawan. Justru mempersilahkan mereka dengan karpet merah dan celaka justru dapat bantuan untuk membantu bersama sama merusak pondasi dan tiang negara untuk dirobohkan dan di hancurkan.
Hanya keajaiban yang bisa menyelamatkan Indonesia