Latihan Perang TNI AD-US Army, Pengamat: Upaya Indonesia Membangun Kekuatan Sentrifugal

Uncategorized

Latihan bersama militer antara TNI AD dengan US Army telah didahului beberapa latihan bersama lainnya. Sementara untuk latihan bersama militer kali ini dengan nama sandi Garuda Shield 15/2021.

“Latihan ini dikomandani Komandan Kodiklat AD Letjen TNI AM Putranto SSos,” kata Amir Hamzah, Pengamat Kebijakan Publik, kepada wartawan, Rabu (28/7/2021), di Jakarta.

Menurutnya, latihan perang antara TNI AD dengan US Army 25th Infantry Division Hawaii, tidak berdiri sendiri. “Sebelumnya sudah ada beberapa latihan perang antar kedua angkatan darat negara sahabat ini,” kata Amir.

Latihan perang bersama sebelumnya antara lain, Amir memerinci, antara Marinir dengan US Marine, latihan khusus para sniper di Port Bragg Nort Carolina merupakan katihan khusus para sniper untuk mengujicoba senjata andalan produk Pindad.

Sementara latihan bersama lainnya diikuti oleh prajurit Kostrad dengan kualifikasi Para dan kualifikasi Linud. “Latihan ini paling tidak dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalisme prajurit TNI, khususnya Angkatan Darat,” ujar Amir.

Menurut Amir, gagasan untuk melaksanakan latihan bersama ini adalah ide dari KSAD Jenderal Andika Perkasa yang kemudian diakomodasi Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. “Melihat berbagai realitas baik internal maupun eksternal serta dengan memperhitungkan perkembagan geo politik, geo strategi dan geo militer maka kita patut memberikan eere saluut kepada KSAD dan Menhan,” kata Amir.

Karena apa yang mereka gagas dan direalisasikan dalam bentuk latihan militer bersama ini, kata Amir, adalah sebagai upaya untuk membangun kekuatan sentrifugal agar Indonesia tidak terhimpit pada berbagai konflik yang sedang berlangsung pada tataran geo politik dan geo strategi. Oleh karena itu, Amir mengharapkan agar masyarakat dapat memberikan dukungan terhadap penyelenggaraan latihan bersama ini.

Sejalan dengan itu, pengamat kebijakan publik ini berpendapat, apabila kekuatan sentrifugal bisa diwujudkan maka dia akan menjadi modal dasar untuk mewujudkan konsep dan sistim ketahanan nasional yang menyeluruh dan terpadu.

Amir menambahkan, pada tataran geo strategi dan geo politik, latihan bersama militer Indonesia dan AS ini pasti akan dipengaruhi dan memberi pengaruh terhadap berbagai realitas dan dinamika di Laut Cina Selatan. Untuk diketahui, di kawasan ini sudah sejak lama terjadi konflik kepentingan antara AS dan RRC. Oleh karena itu maka latihan ini patut dan wajar dibaca sebagai upaya membangun kekuatan sentrifugal agar NKRI tidak terhimpit di tengah konflik AS dan RRC.

“Dari pelaksanaan latihan bersama ini kita bisa melihat perbedaan yang jelas antara kinerja pemerintahan sipil dan pemerintahan militer. Bila kinerja pemerintahan sipil selalu diwarnai pencitraan dan janji – janji yang kadang diingkari maka kinerja pemerintahan militer biasanya bersifat senyap namun berlangsung secara terukur, tepat sasaran dan tepat guna sesuai dengan tuntuan kepentingan nasional,” pungkas Amir.