Alamanda Shantika, Tinggalkan Gojek & Cetak Talenta Digital Kelas Dunia

Ketika menyebut nama Alamanda Shantika, pastilah tidak asing di telinga. Dialah salah satu srikandi teknologi Indonesia yang pernah berkiprah sebagai ‘emak’ programer Gojek, namun kemudian ditanggalkannya demi mencetak talenta digital Indonesia berkelas dunia.

Sederet penghargaan pun telah banyak diraih perempuan kelahiran Jakarta ini. Salah satu yang bergengsi adalah Women in Tech dari Habibie Festival.

Sekarang dia tidak saja mengurusi Binar Academy, startup bidang edukasi digital yang didirikannya 2017. Ala disibukkan dengan kegiatannya sebagai Komisaris Independen Mandiri Capital dan anggota komite Rumah Sakit Hermina.

Namun bukan Ala, demikian sapaan akrabnya, kalau tidak punya kejutan baru saat detikINET menghubunginya.

Aplikasi Binar

Ala mengungkapkan lantaran pandemi, Binar Academy belum memiliki rencana membuka cabang baru. Mereka memilih untuk beralih ke online.

“Dulu kan ada kendala orang Jakarta bila harus ke BSD cukup jauh. Ditambah lagi sekarang pandemi, jadi kami ingin fokus online,” ujarnya.

Belum lama ini Binar Academy merilis aplikasinya yang dapat didownload di iOS dan Android. Di sana dapat dibaca materi dan bisa dapat feedback dari mentor secara langsung.

“Lewat aplikasi, bisa ketemu mentor dan teman-teman yang lain. Karena belajar kelompok itu masih penting. Karena waktu belajar bareng-bareng sering dapat inspirasi dari teman lain,” jelas Ala.

“Selain itu kami bungkus materi agar semua orang paham meski mereka tidak punya latar belakang IT sama sekali, jadi mudah dimengerti,” tambahnya.

Kehadiran layanan online makin memperluas jangkauan Binar Academy, dan selama pandemi murid yang mengikuti program terus meningkat. Saat ini murid yang menimba ilmu berasal dari 33 kota Indonesia.

“Banyak lho student kami yang melakukan career shifting. Mungkin karena dunianya udah mau ter-distracted dan banyak perusahaan melakukan upscalling karyawannya,” tutur Ala.

Alumnus Binus ini turut memberikan kabar kalau Binar Academy baru saja close round investasi. Sayangnya dia tidak mengungkapkan detailnya

“Akhirnya setelah tiga tahun bootstrapping, kami sudah close round dengan investor. Nanti diumumkan, tunggu ya,” ujarnya.

Binar Academy pun tengah mengikuti incubator EduSpaze dari Singapura. Di sini pihaknya bisa belajar banyak dari orang Finlandia yang terkenal edukasinya paling bagus di dunia.

“Kami benar-benar ingin fokus bagaimana menghadirkan kualitas terbaik namun tetap terjangkau,” kata Ala.

Perempuan Terkungkung Pola Pikir

Binar Academy, Alamanda ShantikaAlamanda Shantika Foto: Virgina Maulita Putri/detikINET

Ala melihat kesempatan perempuan di dunia teknologi Indonesia makin terbuka luas. Setidaknya dia lihat dari makin banyaknya kaum hawa yang menjadi murid Binar Academy.

“Dari dulunya 10% kini jadi 40%. Ini menandakan ada kenaikan dari sisi keinginan untuk masuk ke situ (dunia teknologi), makin banyak yang berpikiran ini bukan hal yang mengerikan bagi perempuan,” ujarnya.

“Sekarang sudah tidak ada batasan lagi zaman sekarang. Kayaknya sudah tidak ada rekrutmen yang harus pria untuk IT,” tambah Ala.

Pun begitu butuh lebih banyak tokoh perempuan di dunia teknologi yang ditampilkan di media. Disarankannya jangan melulu mengulas sosok level founder, tapi sedikit ke bawah seperti level UI/UX Lead yang kini banyak diisi oleh perempuan.

Dengan begitu akan makin menginspirasi yang lainnya. Karena tidak dipungkiri masih banyak perempuan yang terkungkung oleh pola pikirnya sendiri. Banyak yang masih memikirkan batasan, misalnya ini dunia cowok, cewek tidak bisa memimpin.

“Sekarang tinggal balik ke perempuan itu sendiri. Kesempatan sudah terbuka luas,” tegas Ala.

“Ketakutan itu kayaknya ada di kepala kita, kadang-kadang itu bukan sebuah realita. Faktanya tidak seperti itu, jadi tidak perlu ada lagi yang ditakuti,” pungkasnya.
[detikcom]

Simak berita dan artikel lainnya di Google News