Kemunculan azan dengan Hayya ‘alal Jihad dalam perspektif sosial politik merupakan kelaziman akibat ketertindasan.
“Dalam perspektif sosial politik Hayya ‘alal Jihad itu lazim akibat keterindasan,” kata budayawan Emha Ainun Najib atau Cak Nun dalam Channel Youtube Cak Nun berjudul “Mbah Nun Merespon Adzan Jihad”
Menurut Cak Nun, kata Jihad dalam Hayya ‘Alal Jihad artinya sangat luas. “Kalau saya jadi mereka disertakan Hayya ‘Alal Qital. Qital berarti berperang,” jelasnya.
Kemunculan Hayya ‘Alal Jihad, kata Cak Nun tidak bisa dilepaskan umat Islam selama 4 sampai 6 abad yang selalu diremehkan. “Sangat lazim sakit hati dijajah. Dalam menghadapi penjajahan ini ada yang sabar, ada yang tidak sabar. Ini muncul alamiah akibat ketertindasan,” paparnya.
Selain itu, kata Cak Nun, Hayya ‘alal Jihad secara fiqih tidak lazim. Maka lazim juga andaikan ada Ulama yang menyebutnya melanggar syariat, bid’ah atau bahkan sesat. “Memang “shalat” bisa dikontekstualisasikan menjadi jihad, bahkan menjadi qital atau harb. Jadi bunyinya bisa “Hayya ‘alal qital”. Mari berperang,” pungkas Cak Nun.