150 Tim Mahasiswa Bersaing di Ajang Kontes Robot Indonesia

Sebanyak 150 tim mahasiswa dari 67 Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia berhasil lolos sebagai kontestan di ajang Kontes Robot Indonesia (KRI) 2020 yang digelar oleh Pusat Prestasi Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bekerjasama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB). Seluruh sesi perlombaan dilaksanakan secara daring di masing-masing perguruan tinggi di daerah dengan masa penilaian dari 16-24 November 2020.

Kepala Pelaksana Tugas Pusat Prestasi Nasional Asep Sukmayadi mengatakan, kontes robot ini tetap dilaksanakan karena menjadi salah satu ajang untuk mengembangkan potensi mahasiswa. Dalam pelaksanaannya, lomba teknologi ini telah melalui proses seleksi di tingkat daerah dengan antusias peserta yang cukup banyak.

“Pertama kalinya secara daring oleh Puspernas dan ITB. Kontes robot sesungguhnya salah satu ajang untuk mengembangkan prestasi peserta didik yang menjadi tugas utama Puspernas. Kita terharu bagaimana tim peserta di rumah bahkan di halaman kampus dengan antusias mengikuti lomba ini. Pada saat seleksi daerah terkumpul 169 tim dari 89 perguruan tinggi,” kata Asep dalam konferensi pers melalui zoom meeting, Rabu (18/11/2020).

Sekretaris Institut ITB Widjaya Martokusumo selaku pihak penyelenggara menambahkan, Kontes Robot Indonesia yang sudah diadakan sejak tahun 1993 ini memberikan kesempatan besar bagi mahasiswa untuk berinovasi agar pemikiran dan gagasan mereka lebih dirasakan oleh masyarakat. Pandemi COVID-19 tentunya menjadi tantangan baru.

“Di tengah merebaknya wabah pandemi ini kita terpaksa harus merubah semuanya termasuk mengadakan lomba. Kita ingin menjaga semangat terutama yang senang dalam robotika untuk tetap beraktivitas, produktif dan terus berkarya. Mahasiswa melakukan di PT masing-masing kemudian ditayangkan,” kata Widjaya.

Lebih lanjut, pihaknya mengakui ada tantangan terbesar yang dialami saat melaksanakan perlombaan di tengah pandemi. Selain persoalan protokol kesehatan yang ketat, kontes ini menuntut setiap peserta untuk memiliki teknologi yang sama (fairness), termasuk pertandingan dan penilaian pun disesuaikan tanpa mengurangi standar penilaian dari lomba-lomba tahun sebelumnya.

Ada enam divisi perlombaan yang dilombakan, antara lain Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI) tipe beroda, Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI) tipe berkaki, Kontes Robot Sepak Bola Indonesia (KRSBI) dan Kontes Robot Seni Tari Indonesia (KRSTI) yang diajangkan pada tingkat daerah dan nasional. Kemudian dua lainnya Kontes Robot Tematik Indonesia (KRTI) dan Kontes Robot ABU Indonesia (KRAI) yang diikutsertakan langsung pada seleksi nasional tanpa melewati seleksi daerah.

Adaptasi aturan di masa pandemi

Ketua Dewan Juri Kontes Robot Indonesia 2020 Prof Benyamin Kusumoputro mengatakan, untuk menghindari kecurangan dari perlombaan yang dilakukan di masing-masing daerah maka pihaknya mempersiapkan dari fairness dan fairplay. Fairness berarti semua tim memiliki kemampuan teknologi dan infrastuktur pendukung yang sama, sementara fairplay yakni semua tim yang mengikuti kontes bisa bermain dengan jujur dan tanpa melakukan kecurangan apapun.

“Oleh karena itu kita menempatkan banyak kamera di lapangan. Jadi misalnya kontes robot pemadam api itu kita menempatkan lima kamera untuk mencegah kecurangan dan kita masukkan dalam infrastruktur di ITB. Itu tidak mudah dan banyak masalah tapi kita mampu. Untungnya tidak ada mahasiswa yang melakukan itu (kecurangan) justru tantangan dari segi mahasiswa mereka tidak boleh berkumpul, batasan itu tidak menyurutkan semangat mereka dan mereka mampu. Rulenya kita rubah agar penilaian bisa dilihat secara online,” jelasnya.

Benyamin mengaku sebagai tim juri sempat mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan aturan yang baru. Apalagi penilaian yang biasanya dilakukan secara tatap muka kini berubah mengharuskan mereka melihat melalui berbagai kamera dengan sisi yang berbeda.

“Kesulitan tim juri, memang satu kita harus menyesuaikan rule-nya yang sebagian harus kita lihat langsung menjadi (lewat) kamera. Dan kita harus menutup sebagian lapangan dalam KRPAI (contohnya) jadi kita tutup agar otonomus yang bekerja, tidak ada operator manusia dalam mengendalikan robot,” ujarnya.

Dia berharap, pada ajang selanjutnya dapat dilakukan secara offline sehingga para peserta bisa bertemu dan berdiskusi. “Sebenarnya untuk tahun depan mudah-mudahan COVID-19 sudah reda dan vaksin sudah ada demikian kita akan lebih meriah kalau itu dilakukan secara offline. Mahasiswa mampu melihat secara rill dan dapat berdiskusi dengan yang lain sehingga berkembang level kemampuan mereka,” pungkasnya.

(Detikcom)

Simak berita dan artikel lainnya di Google News