Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik
Ahmad Basarah atau Aria Bima tak bisa lagi mengelak, memeras Pancasila itu cita ideologi PDIP. Kalau dalam kontroversi RUU HIP, Basarah maupun Aria Bima boleh saja ‘Pasang Badan’ mengelak PDIP ada dibalik konsepsi norma RUU HIP yang ingin mengubah Pancasila dengan modus operandi memerasnya menjadi Trisila hingga Ekasila.
Namun, melalui kampanye Pilkada ditengah pandemi ini, Kader PDIP yang juga calon wali kota petahana Pasuruan, Jawa Timur, Raharto Teno Prasetyo justru bertekad menerapkan ekasila atau gotong royong jika memenangkan pilkada bersama calon wakil wali kota Mochammad Hasjim Asjari.
Hal itu diungkapkan Teno dalam acara deklarasi kampanye damai yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Pasuruan, Sabtu lalu (26/9). Dalam Video yang diunggah oleh akun resmi KPU Pasuruan di Youtube, kader PDIP ini begitu bersemangat ingin mengubah Pancasila, dengan memerasnya menjadi Trisila hingga tersisa menjadi Ekasila.
Kader PDIP Pasuruan ini, membongkar manuver Basarah dan Aria Bima yang menutupi visi politik PDIP ingin mengubah Pancasila. Termasuk membongkar, siapa sebenarnya dalang dibalik perasan Pancasila dalam RUU HIP.
Pidato heroik sang Kader, mengingatkan publik pada pidato Megawati Soekarnoputri Ketum PDIP, yang dalam sebuah acara internal partai juga berbusa memeras Pancasila, hingga ampasnya tersisa hanya Ekasila dengan substansi Gotong Royong.
Dalam berbagai kesempatan, PDIP berulangkali menuding lawan politik dengan narasi anti Pancasila, ingin mengubah Pancasila. Dalam kasus pencabutan BHP HTI misalnya, rezim Jokowi yang merupakan kader PDIP menuduh HTI ingin mengubah Pancasila.
Padahal, dalam AD ART dan kitab pembinaannya, HTI tidak pernah menyinggung Pancasila. HTI hanya fokus mendakwahkan ajaran Islam, termasuk ajaran Islam Khilafah.
Rupanya, yang ingin mengubah Pancasila ternyata PDIP. Setelah kasus RUU HIP, PDIP tidak berhenti untuk mewujudkan visi mengubah Pancasila menjadi Ekasila.
Gagal ditingkat Nasional, kini PDIP bergerilya di daerah melalui Calon Kepala Daerahnya, menawarkan visi mengubah Pancasila kepada segenap rakyat di daerah.
PDIP tak terima, RUU HIP ditunda. PDIP mencoba mengimplementasikan cita partai mengubah Pancasila melalui kekuasaan di daerah, setelah gagal menggolkan RUU HIP pada level nasional. PDIP tak bisa mengkhianati visi misi partai, yang didalamnya memuat cita ideologi partai, mengubah Pancasila menjadi Trisila hingga Ekasila.
Hal ini membuktikan, bahwa narasi anti Pancasila atau tuduhan ingin mengubah Pancasila hanyalah senjata politik untuk membungkam lawan. Faktanya, bukan HTI atau Umat Islam yang ingin mengubah Pancasila. Tetapi justru PDIP sendiri.
Pilkada ditengah pandemi ini, menelanjangi PDIP melalui kadernya sendiri. Sungguh, Allah SWT adalah dzat sebaik baik pembuat makar