Pertamina yang merugi Rp 11 triliun membuktikan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai komisaris utama tidak becus mengurusi perusahaan plat merah itu.
“Pertamina sampai rugi Rp11 triliun menandakan Ahok sebagai komisaris utama tidak becus mengurusi perusahaan plat merah itu,” kata pengamat politik Muslim Arbi kepada suaranasional, Selasa (25/8/2020).
Menurut Muslim, penempatan Ahok sebagai komisaris utama Pertamina tidak lebih untuk melanggengkan mafia migas. “Diduga kuat, Ahok bagian mafia,” ungkapnya.
Kata Muslim, Pertamina mengalami kerugian dan para mafia mendapatkan keuntungan besar. “Masyarakat umum bisa menilai Pertamina bisa sampai merugi itu sangat tidak masuk akal,” jelas Muslim.
PT Pertamina (Persero) mencatat kinerja buruk selama semester I 2020 atau di tengah penyebaran virus corona. Tercatat, perusahaan mengalami rugi bersih sebesar US$767,91 juta setara Rp11,13 triliun (mengacu kurs Rp14.500 per dolar AS).
Pada periode yang sama tahun lalu, perseroan berhasil meraup laba sebesar US$659,95 juta, atau Rp9,56 triliun.
Jika ditelaah, kerugian tersebut dipicu oleh sejumlah pos. Tercatat, pos penjualan dan pendapatan usaha perseroan turun 24,71 persen dari US$25,54 miliar menjadi US$20,48 miliar.
Penurunan penjualan dan pendapatan disumbang oleh penurunan penjualan minyak mentah, gas bumi, energi panas bumi, dan produk minyak dalam negeri dari US$20,94 miliar menjadi US$16,56 miliar. Perusahaan energi pelat merah itu juga mengalami penurunan pendapatan dari aktivitas operasi lainnya dari US$497,23 juta menjadi US$424,80 juta.
Selain itu, penggantian biaya subsidi dari pemerintah juga turun dari US$2,5 miliar menjadi US$1,73 miliar. Tahun ini, Pertamina tidak mendapatkan imbalan jasa pemasaran, padahal tahun lalu berhasil mengantongi US$6,42 juta.