Imam Besar Masjid Istiqlal Prof KH Nasaruddin Umar keblinger atas pernyataannya kitab kuning (turats) produk perang salib dan perlu dikaji ulang.
Demikian dikatakan aktivis politik Rahman Simatupang dalam pernyataannya kepada suaranasional, Rabu (10/6/2020). “Berarti ulama fiqihnya produk perang salib. Padahal keulamaan yang mengarang kitab kuning tidak diragukan lagi,” ungkapnya.
Kata Rahman, pernyataan Nasaaruddin Umar itu memunculkan kegaduhan di kalangan pesantren. “Sejak lama kitab-kitab kuning dikaji di kalangan pesantren dan para santrinya tidak ada yang radikal dan terlibat dalam terorisme,” paparnya.
Menurut Rahman, kitab kuning merupakan kekayaan khazanah keilmuwan yang dimiliki umat Islam. “Kayaknya ada upaya obok-obok pesantren atas nama deradikalisasi,” pungkasnya.
Imam Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar mengusulkan pemerintah untuk mengkaji ulang pelajaran fikih di pondok pesantren jika hendak menangkal paham radikalisme.
Nasaruddin mengatakan pelajaran fikih yang ada saat ini masih produk era Perang Salib. Sehingga masih mempertentangkan negara Islam dengan negara bukan Islam.
“Kitab-kitab fikih yang kita pelajari sebetulnya produk-produk, sebagian besar produk Perang Salib. Maka itu konsep kenegaraan itu masih ada Darus Silmi, negara Islam. Kalau bukan negara Islam, berarti Darul Harb, negara musuh,” kata Nasaruddin dalam diskusi di Kantor BNPT, Jakarta, Rabu (10/6).