Imam Besar Masjid Istiqlal: Semua Kitab Suci Tidak Memberikan Tempat Layak bagi Perempuan

Semua kitab suci seperti Al Quran, Injil, tidak memberikan tempat yang layak bagi perempuan.

“Bukan hanya di dalam Al Quran yang tidak memberikan tempat layak bagi perempuan, tapi juga Bible dan kitab-kitab suci agama lainnya seperti kitab Konghucu, Budha, bahkan kitab klasik seperti Talmud,” kata Imam Besar Masjid Istqilal Prof KH Nasaruddin Umar dalam wawancara dengan Jaringan Islam Liberal (JIL), (26/4/2004).

Kata Nasaruddin, dua unsur yang berkontribusi dalam pembangunan wacana keagamaan yang bias gender tentang perempuan, yakni teologis dan mitos.

“Jadi dasarnya mitos, tapi dianggap kitab suci. Dari sinilah saya mencoba mengklarifikasi yang mana kitab suci dan mana yang mitos, mana yang budaya arab, dan yang mana doktrin Islam. Poin ini kan perlu kita clear-kan,” ungkapnya.

Nasaruddin mengatakan, tidak ada kitab suci yang diturunkan dalam masyarakat hampa budaya. Semua kitab suci, termasuk Al Quran diturunkan dalam masyarakat yang sudah syarat dalam ikatan-ikatan primordial dan norma kearabannya.

“Ada pola dialektik tersendiri bagaimana kitab suci menyesuaikan dirinya dengan nilai lokal. Dalam Islam sendiri kita mengenal proses tasyri’ dan tadrij, yaitu berangsur-angsurnya Tuhan dalam memperkenalkan konsep normatifnya. Ada juga prinsip ‘adamul haraj atau menghindari ketegangan dan kesulitan, al taqliiut taqlifi, sedikit demi sedikit bukan langsung dibom,” ungkapnya.