Suap Kasus Mantan Wali Kota Kendari Diantar ke Kantor DPP PDIP, KPK Harus Periksa Megawati

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) harus memeriksa Megawati Soekarnoputri setelah adanya pengakuan Direktur Utama PT Sarana Bangun Nusantara (SBN) Hasmun Hamzah yang mengantar uang suap Rp 5 miliar ke kantor DPP PDIP.

“Hasmun sudah mengaku mengantar uang suap ke DPP PDIP biar kasus ini jelas, Megawati harus dimintai keterangan oleh KPK,” kata pengamat politik Muslim Arbi kepada suatanasional, Jumat (7/9).

Kata Muslim, pemanggilan Megawati dalam kasus ini akan menambah kepercayaan masyarakat terhadap KPK. “Selama ini ada dugaan negatif terhadap KPK karena dianggap main politik dan tebang pilih,” papar Muslim.

Muslim mengatakan, selama ini ada opini masyarakat partai politik mendapat setoran dari pengusaha yang ingin dapat proyek pemerintah. “Setoran dari politikus juga yang ingin menjadi calon kepala daerah,” ungkapnya.

Kata Muslim, kasus suap mantan Wali Kota Kendari ini bisa membuka permainan busuk para politisi dan pengusaha. “KPK harus didorong membuka kasus ini,” jelas Muslim.

Direktur Utama PT Sarana Bangun Nusantara (SBN) Hasmun Hamzah yang menyuap mantan Wali Kota Kendari Asrun dan putranya Adriatma Dwi Putra pernah mengantarkan uang Rp 5 miliar ke kantor DPP PDIP.

Demikian pernyataan Hasmun di Pengadilan Tipikor Jakarta, Jalan Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Rabu (5/9) dikutip dari detik.

Hasmun mengaku membawa Rp 5 miliar dalam pecahan dolar AS. Dia ditemani Fatmawati saat tiba di kantor DPP PDIP di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat. Namun, saat masuk ke kantor itu, menurut Hasmun, Fatmawati hanya menunggu di mobil.

Hasmun mengatakan waktu pengantaran uang itu sudah diatur. Selain itu, ada seorang pria yang menunggunya di kantor itu.

“Kami sudah ditentukan waktunya, jam berapa harus di sana. Kemudian di sana sudah ada laki-laki yang menunggu. Ditanya, ‘dari Kendari?’ (Dijawab) ya iya. Diantar naik,” ucap Hasmun.

Dia mengatakan akses setiap ruangan di kantor itu menggunakan kartu. Ketika tiba di salah satu ruangan, Hasmun bertemu dengan seorang perempuan.

“Di dalam sudah ada perempuan yang menunggu, Pak. Kalau ciri-ciri fisiknya saya tahu, nama saya nggak tahu,” kata Hasmun.