Pernyataan Wakil Presiden AS Mike Pence setelah bertemu Katib Aam PBNU, KH Yahya Cholil Staquf bahwa AS dan NU memerangi jihad dan memuji dalam kebebasan beragama menandakan NU ikut proyek AS dalam perang melawan terorisme.
“Kalau saya lihat kicauan Pence bahwa NU dan AS ikut berperang melawan radikal dan Jihad. Ini menandakan NU ikut AS dalam proyek melawan terorisme,” kata pengamat politik Ahmad Baidhowi kepada suaranasional, Jumat (25/5).
Menurut Baidhowi, radikal dalam pandangan AS yang harus diperangi itu kelompok Islam. “Dan NU di tanah air sangat gencar meminta kelompok radikal untuk segera dibubarkan bahkan ada ustadz-ustadz yang dituding radikal,” papar Baidhowi.
Baidhowi mengatakan, perang melawan radikal dan teroris mengikuti AS sangat berbahaya bagi Indonesia. “Semua setuju melawan teroris tetapi kalau mengikuti AS sangat berbahaya bagi NKRI,” papar Baidhowi.
Ia mengatakan, pernyataan wakil Presiden AS memerangi Jihad itu sangat berbahaya. “Padahal makna jihad itu sangat luas. Orang yang bersungguh-sungguh dalam belajar bisa bermakna jihad. Makna jihad dimaknai buruk oleh AS,” jelas Baidhowi.
Wakil Presiden AS Mike Pence memuji NU setelah bertemu Katib Syuriah PBNU KH Yahya Cholil Staquf.
“Upaya mereka melawan Islam radikal sangat kritis di Indonesia-di mana kita telah melihat adanya penyerangan tercela terhadap umat Kristen. Pengelola @POTUS milikTrump bersama NU dalam perlawanannya untuk kebebasan beragama dan melawan Jihad,” ujar Pence.
“Honored to welcome the @NahdlatulUlama Secretary General to the @WhiteHouse today. Their efforts opposing radical Islam are critical in Indonesia—where we saw despicable attacks on Christians. @POTUS Trump’s admin stands with NU in its fight for religious freedom & against jihad,” tulis Pence, Jumat (18/5) lalu.
Selain pertemuannya, poin yang menarik dalam cuitan itu adalah Pence menyatakan ‘against jihad’.