Jika rezim baik bersih, jujur, tak perlu takut adanya ceramah politik di masjid-masjid.
“Takut dengan masjid justru menunjukkan rezim tidak baik, tidak bersih dan tidak jujur,” pengurus pusat MUI Irjen Pol (Purn) Anton Tabah Digdoyo kepada suaranasional, Ahad (22/4).
Kata Anton, membahas kemiskinan negara maupun rakyat di masjid itu sah asal didukung fakta dan data. Itu bukan berpolitik, memang harus begitu.
“Apalagi melarang ceramah politik di masjid-masjid dasar dan maksudnya apa? Berpolitik di masjid itu seperti apa batasan dan definisinya?” jelas Anton.
Ia mengatakan, di agama Islam semua itu telah diatur di Al Quran & Sunnah karena risalah agama terakhir ini sgt komplit dan detil. Jangankan memilih pemimpin. Memilih teman harus seiman diatur dalam AlQuran (Qs.3/118). Milih pasutri harus seiman (Qs.2/221)
“Apalagi milih pemimpin di mayoritas muslim juga wajib seiman. Lebih 20 ayat di Al Quran atur milih pemimpin seiman, antara lain di Qs.4/138 s/d 147 Qs.5/51 – 58 dan lain-lain,” ungkapnya.
Anton mengatakan, pentingnya politik di masjid karena ada petinggi partai politik mengaku Islam tapi tak percaya akhirat. Ada pemimpin partai politik mengaku Islam tetapi bela penista AlQuran Bahkan mengaku Islam benci azan.
“Melaksanakan keyakinan iman agamanya itu bukan intoleran bukan SARA bukan tidak Bhinnekq bukan radikal apalagi makar. Ini dijamin Pancasila & UUD1945 Pasal 28 dan 29 jelas dan tegas prakteknya telah berjalan sejak merdeka rukun damai & harmonis kok kini jadi gaduh,” pungkasnya.