Aktivis Malari 1974: Harga Beras Meroket, Rezim Jokowi Khianati Rakyat

Salim Hutadjulu (IST)

Harga beras yang naik cukup signifikan membuktikan Rezim Joko Widodo (Jokowi) tidak membela rakyat.

“Harga beras naik sehingga rakyat tidak bisa membeli. Padahal katanya produksi melimpah,” kata aktivis Malari 1974 Salim Hutadjulu kepada suaranasional, Ahad (14/1).

Menurut Salim, dalam janjinya Jokowi mengatakan akan membela rakyat termasuk untuk urusan beras. “Faktanya Rezim Jokowi mengkhianati rakyat dengan meroketnya harga beras,” jelas.

Ia mengatakan, harga beras yang meroket juga tidak menguntungkan petani. “Justru di saat harga beras meroket, pemerintah akan impor beras. Ini kebijakan yang merugikan petani,” papar Salim.

Mantan tahanan politik era Presiden Soeharto ini menduga ada mafia besar untuk meraih keuntungan dalam kasus beras. “Tujuannya mengumpulkan dana di Pemilu dan Pilpres 2019,” pungkasnya.

Harga beras mencapai titik tertinggi pada awal tahun 2018, namun pemerintah mengatakan stok beras di Bulog cukup sampai musim panen di akhir Januari atau awal Februari mendatang.

Di Pasar Induk Beras Cipinang, harga beras jenis medium pada akhir pekan lalu mencapai antara Rp10.500 sampai Rp11.500.

Angka ini jauh melebihi harga beras pada awal 2017 sekitar Rp 9.500.

Salah seorang pedagang beras, Uwi, mengatakan kenaikan harga beras secara perlahan sudah terjadi sejak akhir November 2017 lalu dari harga Rp9.500.

“Setiap minggu naik sekitar Rp300, kemudian naik lagi Rp500 dan seterusnya sampai mencapai harga yang sekarang. Itu tertinggi sejak saya berdagang di sini pada 1991 lalu,” jelas Uwi, Minggu (07/01).