Sebut Aksi Rohingya Digoreng Serang Pemerintah, Ini Nasihat Gus Nur untuk Kapolri

Gus Nur (IST)
Gus Nur (IST)

Aksi mendukung saudara Rohingya dan mengecam pemerintah Myanmar tidak terkait dengan menggoreng menyerang pemerintah Jokowi.

“Gejolak dan aksi apapun tentang Rohingya, itu murni gelegak jiwa sesama muslim, tidak ada hubungannya dengan goreng menggoreng pemerintah,” kata penceramah Gus Nur di akun Facebook-nya.

Kata Gus Nur, tragedi yang menimpa saudaraku muslim di rohingnya, itu sudah klimaks dan musnah nilai peradaban sebagai manusia. “Jadi jangan naifkan dengan bahasa kemanusiaan atau perikemanusiaan,” ungkapnya.

Kata Gus Nur, kalau bom panci meledak semua mengutuk sangat keras, apalagi kalau pelakunya berjilbab, padahal juga tidak ada korbannya. “Padahal bisa juga jilbabnya palsu, tapi kutukannya bagaikan banjir bandang Nuh, kalau gereja meledak semua mengutuk dengan keras,” jelasnya.

Menurut Gus Nur, kalau ummat Islam bereaksi dalam membela saudara muslim langsung dikutuk, dituduh mengancam NKRI, intoleran, mengancam bhineka tunggal ika, dll. “Tapi non islam yang beringas semua sibuk ber-opini menyuarakan HAM dan kemuanusiaan,” ungkapnya.

Gus Nur meminta Kapolri Jenderal Tito Karnavian diam daripada mengeluarkan pendapat yang memunculkan polemik di antara umat Islam.

“Kalau Pak Tito belum bisa berjihad dengan harta, belum bisa berjihad dengan kekuasaan dan jabatan, bahkan belum bisa berjihad dengan sekedar doa, minimal tolong diamlah. Jangan jejali kami dengan opini dan pedapat yang hanya menyesakkan dada saja,” pungkas Gus Nur.

Kapolri Tito Karnavian menyebut kasus Rohingya ‘digoreng’ untuk menyerang pemerintah.
 
“Dari hasil penelitian itu bahwa isu ini lebih banyak dikemas untuk ‘digoreng; untuk menyerang pemerintah. Dianggap lemah,” ujar Tito di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Selasa (5/9).