Propaganda dan Nasionalisme Abal-abal Jokowi

Presiden Jokowi (Tibunnews)
Presiden Jokowi (Tribunnews)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) main propaganda untuk meningkatkan citra positif dalam kasus Freeport tetapi sejatinya nasionalisme abal-abal karena memperpanjang kontrak dengan perusahaan tambang asal Amerika Serikat.

Demikian dikatakan mantan Relawan Jokowi, Ferdinand Hutahean dalam pernyataan kepada suaranasional, Jumat (7/7).

Ferdinand meminta Pemerintahan Jokowi agar serius mengurus Freeport, jangan jadikan Freeport Cuma mainan opini sesaat meski ujung-ujungnya nanti akan diperpajang.

“Lakukan saja negosiasi dari sekarang untuk komitmen penting yaitu terkait pembanguan smelter dan peningkatan Royalti. Smelter ini sangat penting, jauh lebih penting dari bicara Divestasi karena dengan Smelter, semua akan tahu sebetulnya hasil dari freeport itu sebesar apa,” ungkap Ferdinand.

Menurut Ferdinand, selama ini publik bahkan negara hanya dapat berita di atas kertas tanpa pernah mengetahui hasil faktual dari Freeport. “Dengan Smleter maka semua itu akan terbuka dan Saya meyakini bahwa penerimaan negara akan meningkat setidaknya Dua kali lebih besar,” ungkpa Ferdinand.

Menurut Ferdinand, Rezim Jokowi tidak usah ngotot tentang divestasi karena memang kemampuan keuangan kita sedang tidak mampu untuk divestasi saham. Lihat saja Divestasi yang ditawarkan Tahun lalu sebesar 10% tidak mampu kita selesaikan hingga sekarang, Itu masih 10%, bukan 51%.

“Lantas mengapa sebegitu ngotonya terhadap Divesatsi itu? Adakah pihak lain yang sudah mengintip dibalik layar seperti dugaan banyak pihak selama ini bahwa China sedang mengintip divesatsi ini? Jangan sampai kita lepas dari mulut harimau masuk mulut buaya,” jelas Ferdinand.

Ia mengatakan, jangan karena kepentingan biaya logistik 2019, nasib negara dipertaruhkan dan dibuat dagangan.