Perayaan Natal tahun ini kesannya jadi ajang konsolidasi politik misionaris Gereja yang disinyalir bertujuan mengalihkan rakyat dari kasus kejahatan penistaan agama. Serta menyulut keresahan dan kecemasan bagi kehidupan masyarakat.
Demikian dikatakan Ketua Progres 98 Faizal Assegaf di akun Facebook-nya.
“Tentu hal itu tidak elok, jauh dari esensi ibadah dan tercemari oleh cara pandangan agama yang sempit dan tidak mendidik. Hasilnya Natal menjadi norak, kehilangan makna dan jauh dari spirit toleransi yang selama ini digembar-gemborkan,” ungkapnya.
Menurut Faizal, terlebih lagi menjelang Natal media-media pro “cukong aseng” gencar menggulirkan pemberitaan yang tidak sejuk dan lebih pada tujuan memprovokasi serta menyudutkan kaum muslim.
“Seolah kaum muslim hendak dipaksakan untuk terjebak mengikuti agenda misionaris dalam berbagai simbol dan ritual kaum Nasrani. Salah satu modus adalah memanfaatkan karyawan muslim agar wajib menggunakan atribut Natal dan sebagainya,” papar Faizal.
BACA JUGA:
- Hahh, Bintang Film Dewasa Pendukung Timnas Garuda Ketularan Demam ‘Om Telolet Om’
- Ini Dia Mafia Besar yang Datangkan Pekerja China di Indonesia
Kata Faizal pemaksaan karyawan muslim menggunakan atribut Natal, mencederai hormani dan kerukunan ummat beragama di republik ini. Apalagi ummat Islam sebagai kaum mayoritas dijadikan sebagai target misionaris Gereja.
“Perlu dipahami bahwa pola pendekatan keagamaan yang demikian telah menimbulkan hilangnya rasa simpati rakyat dan berpotensi memicu situasi yang tidak kondusif,” ungkapnya.
Faizal meminta kalangan Nasrani menjalankan Natal dengan prinsip melakukan ibadah secara murni dan mengutamakan pertimbangan aspek realitas. Di mana sebagai kaum minoritas bertindak bijak memposisikan keberadaannya untuk tidak mengusik kehidupan ummat beragama lainnya.
“Beribadahlah dengan tulus, ramah dan damai agar ajaran agama dapat dimanifestasikan secara konsisten untuk mendekati diri kepada Tuhan. Bukan beribadah demi tujuan politik misionaris gereja,” pungkasnya.