Terbongkar Menangkan Ahok, Survei SMRC Salah Secara Metodologi Ilmiah

Kicauan Denny JA  terkait survei SMRC (IST)
Kicauan Denny JA terkait survei SMRC (IST)

Secara konseptual hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang dirilis beberapa hari lalu (1) gagal menjelaskan konstruk secara jelas tentang “Voting Behavior”,  2) gagal menjelaskan jumlah variabel-variabel independen dan (3) gagal menjelaskan hubungan antara variabel-variabel penelitian.

Demikian dikatakan Alumni Doktor Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Indonesia Syahganda Nainggolan kepada suaranasional, Senin (24/10).

Kata Syahganda, dalam konsep “voting behaviour”, SMRC berusaha memasukkan “rational choice” sebagai satu satunya alasan responden memilih. Dan itu bersifat instrumental semata, bukan psikologis.

“Di sini terjadi kebingungan antara konsep rational choice yang biasa digunakan dalam ilmu mikro ekonomi vs. ilmu politik,” ungkap Syahganda.

Kata Syahganda, padahal dalam ilmu politik, pertimbangan memilih seseorang terkait dengan orientasi dalam isu spesifik pada kebijakan publik; evaluasi atas kinerja Petahana/incumben dan evaluasi atas karakteristik kandidat. Dengan catatan orientasi dan evaluasi ini dipengaruhi oleh faktor identifikasi atas partai pendukung dan orientasi ideologi secara umum.

Kata Syahganda, keanehan SMRC berlanjut ketika tidak konsisten terhadap konstruk dan variabel penelitian. Ada dua hal penting terkait hal ini, pertama, apakah mungkin menanyakan langsung pada responden tentang keberhasilan ekonomi dan kinerja Petahana/incumben, tanpa ada intervening variabel atau moderating variabel berupa knowledge of news and events.
 
“Secara teoritis menilai suatu keberhasilan ekonomi skala DKI dan keberhasilan kinerja tentu membutuhkan pengetahuan yang mumpuni dari responden,” jelas Syahganda.

Menurut Syahganda, kedua, mengapa tiba-tiba SMRC memunculkan variabel lain dalam seperti citra dan sikap kepemimpinan, tingkat popularitas dan kualitas personal kandidat.

“Bukankah sejak awal SMRC dan pada kesimpulannya ingin membuktikan bahwa variabel yang ingin dibuktikan hanyalah yang instrumental dan rasional?Disinilah akhirnya kegagalan konseptual riset SMRC. Membingungkan. Sulit mencari variabel yang hendak diukur dan menentukan hipotesa yang ingin dibuktikan,” tegas Syahganda.

Syahganda juga memperlihatkan Kegagalan metodologi SMRC menentukan pendekatan kuantitatif denga Multistage Random Sampling tapi saat bersamaan membuat “sampling frame” dengan “Stratified Probability Testing”, yakni proporsi sample sesuai dengan proporsi populasi dengan karakteristik seperti agama dan etnik. 

“Tentu ini sesuatu pekerjaan yang ambisius di luar jangkauan lembaga survei manapun. Kecuali, SMRC meninggalkan random sampling dan beralih ke metoda purposive,” papar Syahganda.

Ia memberikan kesimpulan, riset SMRC tidak memenuhi kaidah kaidah saintifik sehingga hasilnya tidak dapat dipertanggungjawbakan secara ilmiah.

“SMRC perlu mendalami lagi konsepsi dan metodologi survey kuantitatif bagi riset sosial,” pungkas Syahganda.

6.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News