Sekretaris Mahkamah Agung (MA) Nurhadi menjadi pembicaraan karena terkait kasus suap. Nurhadi dikaitkan dengan kasus suap Kepala Sub Direktorat Kasasi dan Peninjauan Kembali Perdata Khusus pada Mahkamah Agung (MA) non aktif Andri Tristianto Sutrisna.
Dalam kasus operasi tangkap tanga (OTT), Jumat (12/2/2016) yang dilakukan KPK, Tristianto Sutrisna menerima uang Rp 900 juta dari pemilik PT Citra Gading Asritama Ichsan Suaidi.
Selain itu, Nurhadi juga dikaitkan dengan kasus suap panitera sekretaris Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus) Edy Nasution yang menerima duit dari seorang perantara bernama Doddy Aryanto Supeno pada Rabu (20/4/2016).
Nurhadi ternyata seorang alumni SMA 1 Kudus. Ia dikenal sebagai orang yang sangat baik karena dikenal sering membantu teman maupun warga Kudus.
Nurhadi memang PNS bergaya hidup mewah. Meja dan perabotan di kantornya di MA disebut berharga miliaran rupiah.
Saat ia resmi dilantik sebagai Sekretaris MA, Nurhadi mengundang seluruh teman sekolahnya, alumnus SMA 1 Kudus, jawa Tengah dengan menggelar pesta yang sangat meriah dan mementaskan wayang kulit semalam suntuk sampai membooking seluruh hotel bintang lima di Semarang.
Tidak tanggung-tanggung, konon undangan khusus yang sengaja diterbangkan dari Jakarta untuk diboyong ke Kudus, disewakan 4 helikopter dari Semarang-Kudus.
Walaupun menjabat sebagai Eselon I di MA, Nurhadi disebut termasuk ‘orang kuat’ di MA karena ‘kebaikannya’. Jika ada yang coba menganggunya, para hakim disebut akan membelanya mati-matian. Hanya satu hakim agung yang kritis terhadapnya yakni Gayus Lumbuun.
Menurut Gayus, hakim agung lain agak segan. Soalnya, Nurhadi begitu superior. “Saya bicara begini saja mau dilabrak. Dia menganggap dirinya lebih dari hakim agung.
Bahkan, dia pernah mengancam seorang hakim agung kalau banyak bicara akan dipindahkan ruangannya,” beber Gayus kepada Rakyat Merdeka Online, malam ini (Kamis, 25/10/2012).