Laporan produksi dan keuangan Freeport Indonesia selama bertahun-tahun beroperasi di Indonesia sangat tertutup.
“Tahun ini Freeport Indonesia telah jatuh tempo untuk mendivestasi sahamnya sebesar 10,46% senilai 1,7 milyar USD, dan pemerintah RI mempunyai option untuk membelinya,” kata Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu, Arief Poyouno dalam pernyataan kepada suaranasional, Jumat (15/1).
Kata Arief, belajar kasus Enron Corp, sebuah perusahaan yang begerak di gas alam yang berdiri tahun 1932 di Omaha USA, yang tahun 2001 mengumumkan membukukan pendapatan hingga 100 milyar USD, secara tiba-tiba bangkrut tahun 2002 karena adanya manipulasi laporan keuangan dengan tujuan investor tetap percaya dan tertarik terhadap saham Enron.
“Bukan tidak mungkin Freeport Indonesia juga akan mirip dengan Enron, yang juga melakukan hal yang sama, baik dari sisi laporan keuangan yang selalu untung besar, serta masih banyaknya kandungan di area yang dikelola Freeport Indonesia,” papar Arief.
Arief mengingatkan, Freeport itu perusahaan tambang yang produksinya bergantung pada kandungan yang ada dan akan habis pada waktu tertentu. “Artinya dari tahun ke tahun keuntungan Freeport akan terus berkurang,” papar Arief.
Kata Arief, bukanlah gampang untuk pemerintah membeli saham Freeport, sebab adanya asimetri informasi terkait jumlah keuntungan dan produksi Freeport.
“Jika tidak hati-hati pemerintah atau Antam justru akan mengalami kerugian besar, apalagi Freeport Indonesia bukan perusahaan terbuka, artinya data-data laporan keuangan dan produksinya tetap tidak dapat diakses setiap tahunnya,” papar Arief.
Menurut Arief, pemerintah tak perlu terpancing hanya karena bisnis Freeport Indonesia itu bisnis tambang emas yang dikira akan memberikan keuntungan yang banyak, padahal sejak tahun 1967 lahan Freeport Indonesia diekploitasi dan mungkin saja kandungan tambangnya sudah berkurang banyak.